sugeng rawuh


widget

Senin, 15 September 2014

Ngudhal Rasa Si Wanodya Karya

Tolong,  Jangan Ganggu Aku.... !
(Ngudhal Rasa Si Wanodya Karya)

                Aku anak kedua dari tiga bersaudara di Kabupaten Tegal. Aku dibesarkan dengan penuh perhatian dan kasih sayang sehingga semua kebutuhanku terpenuhi sampai-sampai jika sepatuku ingin ganti walaupun masih baru aku sobek lalu aku tunjukkan kepada teman-teman bapakku dikantornya dan secara otomatis bapak dan ibuku mengabulkan permintaanku karena malu dengan teman-temannya.
                Bermula dari pengabdianku sebagai guru tidak tetap (GTT) sejak tahun 2004 di SMP negeri di Kabupaten Tegal. Disanalah aku ditempa bekerja secara profesional dan disiplin karena jika tidak tantangannya aku dipecat dari pekerjaanku karena masih banyak pelamar guru yang ingin bekerja di sana dan juga ketidaksesuaian ijasah dan titelku dengan profesi guru yang aku lakoni walaupun aku sudah punya Akta IV.  Jujur memang aku akui, aku bisa menjadi GTT istilah kerennya di SMP tersebut karena waktu itu orang tuaku kenal baik dengan Kepala Sekolahnya tapi dengan perjanjian tidak menuntut untuk menjadi PTT ataupun gaji besar. Waktu itu aku dan keluargaku berpikir tidak papa yang penting kalau pagi kaki dipincuk pakai sepatu dan statusnya bekerja dimata masyarakat. Ternyata, satu tahun berikutnya Kepala Sekolah yang baik hati dipindah ketempat tugas yang baru otomatis dewa pelindungku di SMP tersebut hilang dan berganti dengan kekuasaan yang bagus dalam melatih kedisiplinan, kita diharuskan datang sebelum jam 07.00 atau sebelum siswa datang dan pulang setelah siswa pulang. Masalahnya aku sering telat karena kebetulan aku sudah punya anak satu dan suamikupun bekerja di Jakarta. Sering banget aku dipanggil dan diperlihatkan SK bupati  yang melarang  Sekolah-Sekolah menerima GTT karena ada Pengangkatan PTT pada waktu itu dan tumpukan Lamaran dari calon GTT di atas mejanya. Jikalau aku telat beliau selalu berkata begini  : “Pilih kerja atau Keluarga, kalau pengin kerja, urusan anak nomor dua dan berusaha untuk ngingu rewang istilah jawa dari punya pembantu, kalau keluarga nomor satu maka silahkan keluar dari SMP ini karena masih banyak yang antri”. Bagaimana mau ngingu rewang, gajiku pun tidak cukup tuk membayarnya. Akhirnya anak aku titipkan di rumah tetangga yang mau dibayar seiklasnya.
Aku sadar memang segala profesi menuntut resiko.  Apalagi ditambah dengan empat kasta di lingkungan SMP waktu itu yaitu kasta PNS, Kasta Guru Bantu, Kasta PTT, dan Kasta GTT. Dimana aku berada dalam kasta yang paling rendah yaitu GTT dengan tidak punya fasilitas apa-apa bahkan disembunyikan jika ada pendataan, misalnya tidak pernah menerima seragam dari pemda dan pada saat pendataan sertifikasi Non PNS yang diajukan malah temanku yang titelnya S.Pd, Syukurlah aku masih diakui menjadi Wali Kelas waktu itu. Pernah suatu saat ada akreditasi (aku tidak ikut panitia) ndilalahnya ditanya masalah analisis nilai dan mereka ndak bisa menunjukkan tapi alhamdulillah aku punya dokumen analisis yang dengan PD aku bilang aku punya. Akhirnya mereka pake dokumenku, alhamdulillah bermanfaat. Tapi ya, tetap mereka kurang menghargai tapi semua itu malah  menjadi pecut untuk aku sekolah lagi S1 pokoknya yang gelarnya S.Pd.
Alhamdulillah, mantan guruku di SMP mengarahkanku utuk sekolah di IKIP PGRI Semarang Jurusan Bahasa Jawa dan Suami serta keluargakupun mendukungku. Setiap hari Jum’at sampai minggu sehabis mengajar langsung aku cabut menuju ke Comal kebetulan tempat belajarnya di sana. Alhamdulillah, tepat bulan September tahun 2008 aku terima Ijazahku dan kebetulan ada pendaftaran CPNS Kemenag dan Pemda dengan   Formasi Guru Mulok dan Ijazah yang berlaku hanya khusus untuk pendidikan bahasa Jawa. Mungkin ini sudah rejekiku, jika teman-temanku yang berijasah pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah diperbolehkan masuk, mungkin aku tidak diterima karena saking banyaknya teman-teman yang punya ijazah tersebut tapi memang Allah Maha Adil memberikan satu formasi untuk diriku baik di kemenag maupun di Pemda, ya benar aku lulus dua-duanya, Subhanallah...!!!
Betapa bersyukurnya aku waktu itu dan kupilihlah kemenag tuk jadi tempat mencari rejeki membantu suamiku memenuhi kebutuhan keluargaku. Namun, ujian masih saja berlaku disaat temanku yang diterima di Pemda terima SK CPNS, aku di kemenag belum mendapatkan bahkan waktu itu teman-temanku di SMP mempengaruhiku jika dikemenag kotor bahkan mungkin SK nya akan dijual jika tidak disengget (pake uang). Peng-pengan telingaku mendengarnya setiap hari, kayaknya mereka senang diatas penderitaanku yang tidak mau memilih pemda (padahal kenapa kok aku memilih kemenag karena yang pertama meminangku dan mengumumkan kelulusanku jadi aku bertekad Lillahita’ala mengabdi di kemenag walaupun aku sadar bukanlah orang yang sholihah dan pandai beragama karena kata orang jika ngajar di MTs berarti julukane ustadzah dan tahu agama tapi Insyaallah, kata temanku jika berada di tempat penjual minyak wangi, tubuh kita pun terasa wangi jadi ya Bismillah....aku mengabdi di kemenag).
Sampai pada akhir tahun pelajaran pun sekitar bulan Juni tahun 2009 aku dipanggil oleh Kepala Sekolah, “Bu...berhubung aku akan pindah dan barangkali di tahun ajaran baru ibu dapat SK CPNS maka aku sudah mencarikan pengganti ibu agar setelah aku pergi sekolah tidak repot mencari guru pengganti”.
Deg....bak disambar petir, SK CPNS belum turun, malah aku di PHK.....Padahal tahu tidak kalau aku dah syukuran lulus CPNS di Desa kok 3 bulan malah menganggur dirumah dan momong anak. Coba bayangkan....!!!
Ya...itu ujian dan ternyata Allah benar-benar memberikan rejeki jikalau hambanya membutuhkan. Disaat haus akan rahmatnya pas bulan puasa setelah sahur di bel oleh pihak kemenag yang menyuruhku mengambil SK di Kemenag Propinsi. Alhamdulillah, Tanpa uang, tanpa senggetan, Zero Nol Rupiah. Ya, Allah....apakah ini karuniamu, keajaiban Lailatul Qadar, Alhamdulillah.
Pas 1 Oktober 2009, aku lapor ke MTs Negeri di tempatku bertugas sesuai SK.  Wow, Megah dan Besar sekali Madrasahnya sesuai harapanku waktu mengikuti tes CPNS Kemenag kebetulan di MTs Negeri tersebut dan mulai saat itu aku berjanji akan benar-benar mengabdi dan bertindak profesional sebagai guru seperti yang aku ingat kata-kata kepala sekolahku waktu di SMP dulu dan alhamdulillah, aku juga sudah mengikuti sertifikasi tanpa harus menunggu.
Karena itu ya Rabb, Niatku kerja untuk Keluarga dan beribadah kepadaMu, ya Rabb, demi membantu suamiku sehingga aku serahkan anak-anakku untuk kau jaga ya Rabb, begitu selalu do’aku dikala sholatku.
Alhamdulillah, Anak dan suamikupun memahami itu, Akupun berusaha untuk mencari rewang (pembantu) yang tepat untuk anak-anakku biar suamikupun bisa melakukan pekerjaannya. Karena aku pikir bisa memberikan sedikit rejekiku untuk tetanggaku yang kurang mampu dengan membantuku menjaga anak-anakku.
Apalagi Kepala Madrasahku selalu mengingatkan tentang PP yang mengatur tentang Disiplin PNS dan tekadkupun bulat karena rasa syukurku atas limpahan rahmat darimu ya Rabb maka akan aku lakukan tugasku dengan baik dan untuk teman-temanku Tolong, Jangan Ganggu Aku !! Jangan kau bebani aku dengan kalimat “Anak lebih Baik Dari Harta”. Menurutku itu bukan nasihat tapi beban yang melemahkan semangatku. Tanpa engkau beritahupun aku sudah tahu.  Aku melakukan ini karena rasa syukurku, aku ikhlas, dengan bismillah dan ridhlo dari suami dan keluargaku. Mumpung aku masih diberi kesempatan dan kesehatan biarlah aku berkarir toh kalau sudah tua berhenti sendiri dan mempersilahkan yang muda tuk berkarya.  Aku paham, Mungkin engkau lelah melihatku gedebugan, ngalor-ngidul, biarkan sajalah mumpung masih mampu toh tidak mengganggu kalian, kalau mengganggu ya... aku minta maaf.
 Jadi,  tolong, Dukung Aku !!! Terima Kasih Atas Pengertiannya Teman.....