Tolong, Jangan Ganggu Aku.... !
(Ngudhal
Rasa Si Wanodya Karya)
Aku
anak kedua dari tiga bersaudara di Kabupaten Tegal. Aku dibesarkan dengan penuh
perhatian dan kasih sayang sehingga semua kebutuhanku terpenuhi sampai-sampai
jika sepatuku ingin ganti walaupun masih baru aku sobek lalu aku tunjukkan
kepada teman-teman bapakku dikantornya dan secara otomatis bapak dan ibuku
mengabulkan permintaanku karena malu dengan teman-temannya.
Bermula
dari pengabdianku sebagai guru tidak tetap (GTT) sejak tahun 2004 di SMP negeri
di Kabupaten Tegal. Disanalah aku ditempa bekerja secara profesional dan
disiplin karena jika tidak tantangannya aku dipecat dari pekerjaanku karena
masih banyak pelamar guru yang ingin bekerja di sana dan juga ketidaksesuaian
ijasah dan titelku dengan profesi guru yang aku lakoni walaupun aku sudah punya
Akta IV. Jujur memang aku akui, aku bisa
menjadi GTT istilah kerennya di SMP tersebut karena waktu itu orang tuaku kenal
baik dengan Kepala Sekolahnya tapi dengan perjanjian tidak menuntut untuk
menjadi PTT ataupun gaji besar. Waktu itu aku dan keluargaku berpikir tidak
papa yang penting kalau pagi kaki dipincuk pakai sepatu dan statusnya bekerja
dimata masyarakat. Ternyata, satu tahun berikutnya Kepala Sekolah yang baik
hati dipindah ketempat tugas yang baru otomatis dewa pelindungku di SMP
tersebut hilang dan berganti dengan kekuasaan yang bagus dalam melatih
kedisiplinan, kita diharuskan datang sebelum jam 07.00 atau sebelum siswa
datang dan pulang setelah siswa pulang. Masalahnya aku sering telat karena
kebetulan aku sudah punya anak satu dan suamikupun bekerja di Jakarta. Sering
banget aku dipanggil dan diperlihatkan SK bupati yang melarang Sekolah-Sekolah menerima GTT karena ada
Pengangkatan PTT pada waktu itu dan tumpukan Lamaran dari calon GTT di atas
mejanya. Jikalau aku telat beliau selalu berkata begini : “Pilih kerja atau Keluarga, kalau
pengin kerja, urusan anak nomor dua dan berusaha untuk ngingu rewang istilah
jawa dari punya pembantu, kalau keluarga nomor satu maka silahkan keluar dari
SMP ini karena masih banyak yang antri”. Bagaimana mau ngingu rewang,
gajiku pun tidak cukup tuk membayarnya. Akhirnya anak aku titipkan di rumah
tetangga yang mau dibayar seiklasnya.
Aku sadar
memang segala profesi menuntut resiko. Apalagi ditambah dengan empat kasta di
lingkungan SMP waktu itu yaitu kasta PNS, Kasta Guru Bantu, Kasta PTT, dan
Kasta GTT. Dimana aku berada dalam kasta yang paling rendah yaitu GTT dengan
tidak punya fasilitas apa-apa bahkan disembunyikan jika ada pendataan, misalnya
tidak pernah menerima seragam dari pemda dan pada saat pendataan sertifikasi
Non PNS yang diajukan malah temanku yang titelnya S.Pd, Syukurlah aku masih
diakui menjadi Wali Kelas waktu itu. Pernah suatu saat ada akreditasi (aku
tidak ikut panitia) ndilalahnya ditanya masalah analisis nilai dan mereka ndak
bisa menunjukkan tapi alhamdulillah aku punya dokumen analisis yang dengan PD
aku bilang aku punya. Akhirnya mereka pake dokumenku, alhamdulillah bermanfaat.
Tapi ya, tetap mereka kurang menghargai tapi semua itu malah menjadi pecut untuk aku sekolah lagi S1
pokoknya yang gelarnya S.Pd.
Alhamdulillah,
mantan guruku di SMP mengarahkanku utuk sekolah di IKIP PGRI Semarang Jurusan
Bahasa Jawa dan Suami serta keluargakupun mendukungku. Setiap hari Jum’at
sampai minggu sehabis mengajar langsung aku cabut menuju ke Comal kebetulan
tempat belajarnya di sana. Alhamdulillah, tepat bulan September tahun 2008 aku
terima Ijazahku dan kebetulan ada pendaftaran CPNS Kemenag dan Pemda dengan Formasi
Guru Mulok dan Ijazah yang berlaku hanya khusus untuk pendidikan bahasa Jawa.
Mungkin ini sudah rejekiku, jika teman-temanku yang berijasah pendidikan bahasa
dan Sastra Indonesia dan daerah diperbolehkan masuk, mungkin aku tidak diterima
karena saking banyaknya teman-teman yang punya ijazah tersebut tapi memang
Allah Maha Adil memberikan satu formasi untuk diriku baik di kemenag maupun di
Pemda, ya benar aku lulus dua-duanya, Subhanallah...!!!
Betapa
bersyukurnya aku waktu itu dan kupilihlah kemenag tuk jadi tempat mencari
rejeki membantu suamiku memenuhi kebutuhan keluargaku. Namun, ujian masih saja
berlaku disaat temanku yang diterima di Pemda terima SK CPNS, aku di kemenag
belum mendapatkan bahkan waktu itu teman-temanku di SMP mempengaruhiku jika
dikemenag kotor bahkan mungkin SK nya akan dijual jika tidak disengget (pake
uang). Peng-pengan telingaku mendengarnya setiap hari, kayaknya mereka senang
diatas penderitaanku yang tidak mau memilih pemda (padahal kenapa kok aku
memilih kemenag karena yang pertama meminangku dan mengumumkan kelulusanku jadi
aku bertekad Lillahita’ala mengabdi di kemenag walaupun aku sadar bukanlah
orang yang sholihah dan pandai beragama karena kata orang jika ngajar di MTs
berarti julukane ustadzah dan tahu agama tapi Insyaallah, kata temanku jika
berada di tempat penjual minyak wangi, tubuh kita pun terasa wangi jadi ya
Bismillah....aku mengabdi di kemenag).
Sampai pada
akhir tahun pelajaran pun sekitar bulan Juni tahun 2009 aku dipanggil oleh
Kepala Sekolah, “Bu...berhubung aku akan pindah dan barangkali di tahun
ajaran baru ibu dapat SK CPNS maka aku sudah mencarikan pengganti ibu agar
setelah aku pergi sekolah tidak repot mencari guru pengganti”.
Deg....bak
disambar petir, SK CPNS belum turun, malah aku di PHK.....Padahal tahu tidak
kalau aku dah syukuran lulus CPNS di Desa kok 3 bulan malah menganggur dirumah dan
momong anak. Coba bayangkan....!!!
Ya...itu ujian
dan ternyata Allah benar-benar memberikan rejeki jikalau hambanya membutuhkan. Disaat
haus akan rahmatnya pas bulan puasa setelah sahur di bel oleh pihak kemenag
yang menyuruhku mengambil SK di Kemenag Propinsi. Alhamdulillah, Tanpa uang,
tanpa senggetan, Zero Nol Rupiah. Ya, Allah....apakah ini karuniamu,
keajaiban Lailatul Qadar, Alhamdulillah.
Pas 1 Oktober
2009, aku lapor ke MTs Negeri di tempatku bertugas sesuai SK. Wow, Megah dan Besar sekali Madrasahnya sesuai
harapanku waktu mengikuti tes CPNS Kemenag kebetulan di MTs Negeri tersebut dan
mulai saat itu aku berjanji akan benar-benar mengabdi dan bertindak profesional
sebagai guru seperti yang aku ingat kata-kata kepala sekolahku waktu di SMP
dulu dan alhamdulillah, aku juga sudah mengikuti sertifikasi tanpa harus
menunggu.
Karena
itu ya Rabb, Niatku kerja untuk Keluarga dan beribadah kepadaMu, ya Rabb, demi
membantu suamiku sehingga aku serahkan anak-anakku untuk kau jaga ya Rabb,
begitu selalu do’aku dikala sholatku.
Alhamdulillah,
Anak dan suamikupun memahami itu, Akupun berusaha untuk mencari rewang
(pembantu) yang tepat untuk anak-anakku biar suamikupun bisa melakukan
pekerjaannya. Karena aku pikir bisa memberikan sedikit rejekiku untuk
tetanggaku yang kurang mampu dengan membantuku menjaga anak-anakku.
Apalagi Kepala
Madrasahku selalu mengingatkan tentang PP yang mengatur tentang Disiplin PNS
dan tekadkupun bulat karena rasa syukurku atas limpahan rahmat darimu ya Rabb
maka akan aku lakukan tugasku dengan baik dan untuk teman-temanku Tolong,
Jangan Ganggu Aku !! Jangan kau bebani aku dengan kalimat “Anak
lebih Baik Dari Harta”. Menurutku itu bukan nasihat tapi beban yang
melemahkan semangatku. Tanpa engkau beritahupun aku sudah tahu. Aku melakukan ini karena rasa syukurku, aku
ikhlas, dengan bismillah dan ridhlo dari suami dan keluargaku. Mumpung aku
masih diberi kesempatan dan kesehatan biarlah aku berkarir toh kalau sudah tua
berhenti sendiri dan mempersilahkan yang muda tuk berkarya. Aku paham, Mungkin engkau lelah melihatku
gedebugan, ngalor-ngidul, biarkan sajalah mumpung masih mampu toh tidak
mengganggu kalian, kalau mengganggu ya... aku minta maaf.
Jadi, tolong,
Dukung Aku !!! Terima Kasih Atas Pengertiannya Teman.....