sugeng rawuh


widget

Kamis, 12 Maret 2015

Say No, To Drug !



Say No,To Drug !!!!
Oleh :
Isnen Widiyanti, S.Pd

Penyalahgunaan narkotika di negara kita semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan Data Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan di Indonesia angka penyalahgunaan narkotika mencapai 2,2 persen atau 4,2 juta orang pada tahun 2011. Mereka terdiri dari pengguna coba pakai, teratur pakai, dan pecandu. Dari jumlah tersebut, 1,3 juta diantaranya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Di sisi lain, jumlah korban meninggal dunia akibat penggunaan Narkotika selama kurun 2006-2008 mencapai 15.000 jiwa. Artinya, setidaknya 41 jiwa melayang perhari dengan 78 persen terjadi pada anak muda usia 19-21 tahun.
Peredaran narkotika di Indonesia pun dalam beberapa tahun terakhir semakin marak. Bukan hanya masyarakat biasa, peredaran barang haram itu sudah masuk di kalangan akademisi dari perguruan tinggi dan aparat penegak hukum. Setidaknya ini terbukti, setelah Satuan Narkotika Polresta Jambi pada tanggal 11 Desember 2014 menangkap seorang dosen dan pegawai Kejari Jambi, karena diduga menggunakan narkotika jenis sabu-sabu.
Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulsel, juga  menjadi pusat perhatian publik. Bukan hanya karena demo besar-besaran mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM, tapi juga kejadian ironis yang menimpa Wakil Rektor III Unhas Prof Dr Musakkir SH MH. Guru besar fakultas hukum itu malah ditangkap polisi karena diduga mengonsumsi narkotika. Yang bikin lebih mengelus dada, Musakkir ditangkap bersama dengan seorang dosen hukum Ismail Alrip SH dan seorang mahasiswi STIEM Bongaya Makassar, Nilam. Petugas Satreskoba Polrestabes Makassar menggerebek pesta sabu-sabu itu di Hotel Grand Malibu kamar nomor 312 sekitar pukul 03.00 Wita Jumat 14 Desember 2014.
Data Terbaru BNN menyebutkan, Indonesia telah menjadi pasar utama dalam hal perdagangan Narkotika. Terbukti dengan tertangkapnya 9 pengedar narkotika yang membawa 800 kilogram sabu pada tanggal 5 Januari 2015 di Kalideres, Jakarta Barat oleh Badan Narkotika Nasional (BNN). Dari data singkat mengenai peredaran narkotika di Indonesia dan Jakarta ini, terlihat betapa mengkhawatirkannya ancaman narkotika bagi generasi muda Indonesia.
Beberapa Penyebab Penyalahgunaan Narkotika di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Kegagalan yang di alami dalam kehidupan
Tidak memiliki rasa percaya diri ataupun kurang mendapat kasih sayang orang tua dapat menyebabkan timbulkan penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja. Misalnya saja, orang tua yang terbilang sukses dalam berkarir tetapi kurang memberi perhatian kepada keluarga.
b.   Pergaulan yang bebas dan lingkungan yang kurang tepat.
Menurut teori Waddington, mengenai “develope mental land scape”,  jika seorang anak di tempatkan pada suatu lingkungan tertentu, maka sulitlah bagi kalangan tersebut untuk mengubah pengaruhnya, terlebih lagi jika lingkungan itu sangat kuat mempengaruhi anak tersebut. Dengan demikian untuk mencegah penggunaan narkotika, maka  land scape (lingkungan) yang baik saat ini adalah lingkungan Islam. Sebagai orang tua seharusnya dapat memperingatkan anaknya agar tidak bergaul dengan teman yang berakhlak tidak baik.
c. Kurangnya siraman agama
Untuk memerangi narkotika, upaya yang perlu di lakukan adalah  membangkitkan kesadaran beragama dan menginformasikan hal-hal yang positif dan bermanfaat kepada para remaja. Karena, pada zaman sekarang ini sangt sedikit para remaja yang sadar akan pentingnya siraman agama.
d. Keinginan untuk sekadar mencoba
Keyakinan bahwa bila mencoba sekali takkan ketagihan adalah salah satu penyebab penggunaan narkotika, karena sekali memakai narkotika maka mengalami ketagihan dan sulit untuk di hentikan. Maka dari itu, bila seseorang ingin terhindar dari narkotika, harus dapat menjauhkan dirinya dari hal-hal yang memungkinkan untuk mencoba dan bersentuhan dengan narkotika.
Berikut adalah Beberapa Narkotika yang beredar di masyarakat dan efeknya.
MDMA atau ekstasi
adalah salah satu obat terlarang yang dibuat secara ilegal di laboratorium dan diproduksi dalam bentuk tablet atau kapsul berbagai warna dengan desain yang berbeda. Ekstasi juga dapat berupa bubuk. Ekstasi dapat mendorong kita untuk untuk bekerja diluar batas kemampuan fisik sehingga dapat menyebabkan dehidrasi Efeknya :  tanda-tanda perasaan gembira yang meluap-luap, rasa nyaman, mual, percaya diri, rahang mengencang dan gigi bergemeletuk, paranoid, kebingungan serta meningkatnya datak jantung, suhu tubuh, dan tekanan darah. Berkeringat dan dehidrasi, percaya diri dan kurang mampu mengendalikan diri.
OPIAT atau Opium (candu)
Merupakan golongan Narkotika alami yang sering digunakan dengan cara dihisap (inhalasi). Efeknya : Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation), Menimbulkan semangat, Merasa waktu berjalan lambat., Pusing, kehilangan keseimbangan/mabuk, Merasa rangsang birahi meningkat (hambatan seksual hilang). Timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung.
MORFIN
http://al-atsariyyah.com/wp-content/uploads/2012/02/heroin-or-putaw-150x150.jpgMerupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Efeknya : Menimbulkan euforia. Mual, muntah, sulit buang hajat besar (konstipasi). Kebingungan (konfusi). Berkeringat.
Dapat menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar. Gelisah dan perubahan suasana hati. Mulut kering dan warna muka berubah.

HEROIN / PUTAW, PUTIH, PT, BEDAK, ETEP.
http://al-atsariyyah.com/wp-content/uploads/2012/02/morfin-150x150.jpgMerupakan golongan narkotika semisintetis yang dihasilkan atas pengolahan morfin secara kimiawi. Heroin murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin).  Efeknya : Timbul rasa kesibukan yang sangat cepat/rushing sensastion (± 30-60 detik) diikuti rasa menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian dan kepuasan atau ketenangan hati (euforia). Ingin selalu menyendiri untuk menikmatinya. Denyut nadi melambat.Tekanan darah menurun. Otot-otot menjadi lemas/relaks. Diafragma mata (pupil) mengecil (pin point). Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri. Membentuk dunia sendiri (dissosial) : tidak bersahabat. Penyimpangan perilaku : berbohong, menipu, mencuri, kriminal. Ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari. Efek samping timbul kesulitan dorongan seksual, kesulitan membuang hajat besar, jantung berdebar-debar, kemerahan dan gatal di sekitar hidung, timbul gangguan kebiasaan tidur. Jika sudah toleransi, semakin mudah depresi dan marah sedangkan efek euforia semakin ringan atau singkat
GANJA / KANABIS / MARIYUANA, GRASS/RUMPUT, POT, CANNABIS, JOINT, HASHISH, CIMENG.
http://al-atsariyyah.com/wp-content/uploads/2012/02/ganja-or-kanabis-150x150.jpgBerasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica.  Efeknya  : Denyut jantung atau nadi lebih cepat. Mulut dan tenggorokan kering. Merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira. Sulit mengingat sesuatu kejadian. Kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang cepat dan koordinasi. Kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan. Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan sakit kepala, mual yang berkepanjangan, rasa letih/capek. Gangguan kebiasaan tidur. Sensitif dan gelisah. Berkeringat. Berfantasi. Selera makan bertambah.
KOKAIN / CRACK, COKE, GIRL, LADY, SNOW, CHARLIE, SREPET, SALJU PUTIH
http://al-atsariyyah.com/wp-content/uploads/2012/02/kokain-150x150.jpgEfeknya : Menimbulkan keriangan, kegembiraan yang berlebihan (ecstasy). Hasutan (agitasi), kegelisahan, kewaspadaan dan dorongan seks. Penggunaan jangka panjang mengurangi berat badan. Timbul masalah kulit. Kejang-kejang, kesulitan bernafas. Sering mengeluarkan dahak atau lendir. Merokok kokain merusak paru (emfisema). Memperlambat pencernaan dan menutupi selera makan. Paranoid. Merasa seperti ada kutu yang merambat di atas kulit (cocaine bugs). Gangguan penglihatan (snow light). Kebingungan (konfusi). Bicara seperti menelan.
SHABU
Shabu merupakan sebutan yang popular di Indonesia. Nama zat adiktif ini sebenarnya adalah methamphetamine (meth). Secara fisik shabu murni ini berbentuk butiran kristal putih mirip gula. Efeknya : merasa santai dan senang, tidak merasakan cemas ataupun takut, memiliki semangat yang tinggi.
Secara Global dampak dari pemakaian Narkotika dapat menimbulkan Efek Ketergantungan atau Kecanduan. Dan yang paling bahaya adalah dapat berbahaya bagi orang lain, seperti halnya Tragedi Tugu Tani, karena pengemudi memakai narkotika, maka menabrak dan menewaskan orang lain. Oleh karena itu, JANGAN SEKALI – KALI mencoba yang namanya NARKOTIKA, meskipun saja sedikit namun itu nanti akan memberikan Efek Buruk bagi diri anda maupun orang disekeliling kita.
Mari Kita sebagai Makhluk Tuhan yang memiliki akal dan pikiran, sebaiknya kita hindari barang-barang HARAM seperti itu. Mari berpikir sehat dalam memecahkan masalah, karena orang-orang yang memakai Narkotika biasanya orang-orang yang memiliki masalah dan mereka tidak mampu mengontrol dirinya sendiri.  Say No, To Drug !!!!

Sesorah kanthi irah-irahan Marsudi Unggah-Ungguh Basa Jawi Tumrap Kawula Mudha Ing Jaman Modern.



NASKAH TEKS SESORAH
PANYARTA ADU WASIS SAKING MTs N MODEL BABAKAN

Assalamualaikum Wr Wb.
Dumatheng panjenenganipun Bapa/Ibu Juru Pambiji Sesorah ingkang tansah kula hormati,
Dumatheng Bapa/Ibu Dwija Basa Jawi Pandamping Panyarta Adu Wasis Sesorah ingkang kula hormati,
Saha, dumatheng para Panyarta Adu Wasis Sesorah ingkang kula tresnani.
Saderengipun kula nyuwun agunging pangapunten amargi kumowantun cumantaka matur ngadeg wonten ngarsa panjenengan sedaya saperlu ngaturaken sesorah ingkang hanggadahi Irah-irahan “Marsudi Unggah-Ungguh Basa Jawi Tumrap Kawula Mudha ing Jaman Modern”.
Salajengipun sumangga kula aturi sesarengan ngunjukaken raos puji syukur dumatheng ngarsa dalem Allah SWT, ingkang sampun paring kasarasan, karaharjan, sahengga wonten enjang punika kula lan panjenengan taksih saged kempal manunggal hangrawuhi adicara adu wasis sesorah basa Jawi.
Sholawat saha salam mugi tansah katetepaken Allah SWT dumatheng junjungan kula lan panjenengan  Nabi Agung Muhammad SAW, ingkang kita ajeng-ajeng syafa’atipun benjang wonten yaumul qiyamah, allohuma amin!
Para rawuh kakung miwah putri ingkang kula hormati,
Kula lan panjenengan sedaya angertos bilih ing madyaning jaman modheren sapunika unggah-ungguh basa ndadosaken sandhungan tumrap basa jawi. Maksudipun ing wekdal punika kathah tiyang ingkang nilar basa jawi, amargi rumaos ribed anggenipun migunakaken basa krama, kuwatos yen klentu utawi kuwalik. Cak-cakanipun unggah-ungguh basapunika dumunung wonten ing basa ngoko lan krama. Nanging ingkang karaos tansah damel ribeding manah punika basa krama. Langkung-langkung tumrap tetiyang ingkang ing pasrawungan sadinten-dinten boten nate utawi awis-awis migunakaken. Ingkang asring nuwuhaken manah prihatos, punika wonten sawatawis brayat mliginipun kawula mudha ingkang langkung seneng ngulinakaken basa mawi basa Indonesia, kanthi alasan langkung gampil, langkung praktis, lan boten badhe tuwuh klenta klentu kados yen migunakaken basa Jawi ingkang mawi undha usuk lan unggah-ungguh. Langkung prihatos malih menawi alasanipun bilih ngginakaken basa Indonesia katingal langkung moncer lan langkung modheren tinimbang yen migunakaken basa jawi. Pramila lajeng sami mlembar migunakaken basa Indonesia utawi basa manca.
Para Rawuh kakung miwah putri ingkang kula hormati,.
Menggah ing tata lair, marsudi unggah-ungguh basapunika ateges nguri-nguri gesangipun basa Jawi, lumeberipun tumut nyengkuyung adegipun budaya lan kagunan Jawi ingkang adiluhung. Nanging sejatosipun, marsudi unggah-ungguh basa ugi ngemu suraos ingkang wigatos lan lebet, inggih punika angudi subasita utawi tatakrama. Wondene wujudipun inggih punika watak andhap asor, seneng ngaosi tiyang sanes kanthi lambaran lantip ing sasmita, tajem ing panggraita, saha mawarni-warni bebuden luhur sarta watak ingkang utami. Malah saestunipun bebuden luhur sartawatak ingkang utami mekaten punika sampun dados satunggaling jatidhirinipun tiyang Jawi, sumrambahipun ugi dados salah satunggaling kapribadenipun bangsa Indonesia.
Tiyang Jawi nengenaken sanget unggah-ungguh, subasita utawi tatakrama, amargi nggadahi watak wantu andhap asor saha seneng ngurmati ing ngasanes. Nanging mboten ateges tiyang Jawi punika lajeng tansah rumaos dados tiyang ingkang asor lan remeh martabatipun. Sami kaliyan bangsa-bangsa sanes, tiyang Jawi tetep tansah njagi ajining dhiri pribadhi. Dene sarananipun inggih malah unggah-ungguh basapunika, awit tiyang ingkang saged ngaosi ing ngasanes, temtu ugi dipunaosi martabatipun. Wonten Sesanti : “Ajining Dhiri Saka lathi”. Wonten ing sesanti kasebat tembung lathi mralambangaken pawicanten utawi wedaling basa. Kanthi mekaten, sesanti punika ngemu suraos bilih tiyang ingkang basanipun sae, tansah migunakaken unggah-ungguh basa, mesthi dipunaosi dening tiyang sanes. Kadosta Hadist Riwayat Bukhori lan Muslim ingkang uninipun مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُت
Ingkang nggadhahi werdi “Sinten mawon ingkang nggadahi iman dumatheng Allah lan dinten kiamat kedahta wicanten ingkang sae menawi mboten langkung sae mendhel.”
Pramila tumrap tiyang Jawi utawi sok sintena ingkang purun marsudi unggah-ungguh basa kanthi tumemen, badhe ngundhuh woh ingkang pangaos, mirunggan ing bab tumindak saha bebuden luhur. Mugiya Gusti Allah tansah paring kekiyatan dumatheng kula lan panjenengan  sedaya kangge tetep marsudi unggah-ungguh basa jawi murih terus gesang lan ngrembaka. amin.!
Mekaten atur kula mbok bilih anggen kula matur kathah klenta-klentunipun lan kirang subasita, kula nyadong sih agunging samudra pangaksami. Matur nuwun awit kawigatosanipun.
Wassalamualaikum Wr. Wb


Penerapan Unggah Ungguh Bahasa Jawa



PENERAPAN UNGGAH UNGGUH BAHASA JAWA SEBAGAI SALAH SATU
PENUMBUH KARAKTER DAN WATAK BANGSA
Oleh : ISNEN WIDIYANTI S.Pd
Guru Mulok Bahasa Jawa MTs N Model Babakan Tegal

Bangkitnya dunia pendidikan yang dirintis oleh Pahlawan kita Ki Hadjar Dewantara untuk menentang penjajah pada masa lalu, sungguh sangat berarti apabila kita cermati dengan seksama. Untuk itu tidak terlalu berlebihan apabila bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar memperingati hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei ini, sebagai bentuk refleksi penghargaan sekaligus bentuk penghormatan yang tiada terhingga kepada para Perintis Kemerdekaan dan Pahlawan Nasional. Di samping itu, betapa jiwa nasionalisme dan kejuangannya serta wawasan kebangsaan yang dimiliki para pendahulu kita sangat besar, bahkan rela berkorban demi nusa dan bangsa.
Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan komitmen nasional dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Sejarah membuktikan bahwa kehancuran sebuah bangsa seringkali ditandai oleh runtuhnya watak, pekerti, karakter dan mentalitas masyarakat bangsa tersebut. Karena itu bangsa dengan karakter kuat hanya akan terwujud jika individu-individu di dalam bangsa itu adalah manusia yang berbudaya, berwatak dan berperilaku baik. Hal ini cukup beralasan. Kita harus sadar, bahwa pembentukan karakter dan watak atau kepribadian ini sangat penting, bahkan sangat mendesak dan mutlak adanya (tidak bisa ditawar-tawar lagi). Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas, lebih banyak berupa wacana yang seolah-olah bangsa ini diajak dalam dunia mimpi. Tentu masih ingat beberapa waktu yang lalu Pemerintah mengeluarkan pandangan, bahwa bangsa kita akan makmur, sejahtera nanti di tahun 2030. Suatu pemimpin bangsa yang besar untuk mengajak bangsa atau rakyatnya menjadi "pemimpi" dalam menggapai kemakmuran yang dicita-citakan.
Bahasa Jawa adalah salah satu Mulok dalam struktur kurikulum di tingkat pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK, bahkan di Propinsi Jawa Tengah menjadi mulok wajib bagi semua jenjang pendidikan. Dalam konteks ini pembelajaran Bahasa Jawa mempunyai andil dalam pendidikan watak dan pekerti bangsa bagi generasi muda kita khususnya siswa-siswa kita di sekolah. Pembelajaran Bahasa Jawa akan menjadi salah satu sarana dalam menumbuhkan jati diri bangsa kita yang beradab dan berbudi pekerti luhur.
Pemberdayaan Pembelajaran Bahasa Jawa perlu dioptimalkan dalam upaya mempertahankan kekayaan budaya bangsa yang tidak ternilai harganya, Pembelajaran Bahasa Jawa pada dasarnya dapat dijadikan sarana penanaman watak, pekerti, teerutama melalui penerapan unggah-ungguh pada masyarakat Jawa serta memiliki peran sentral dalam pengembangan watak, dan  pekerti bangsa. Pembelajaran Bahasa Jawa diharapkan dapat membantu peserta didik mengenal dirinya, lingkungannya, menerapkan dalam tata krama budayanya, menghargai potensi bangsanya, sehingga mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan dapat menemukan serta menggunakan kemampuan analisis, imajinatif dalam dirinya.
Pembelajaran Bahasa Jawa khususnya dalam penerapan unggah-ungguh oleh siswa dianggap merupakan kompetensi yang paling sulit, karena untuk menerapkan unggah-ungguh diharapkan siswa mampu menguasai kompetensi berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Unggah-ungguh dalam berbahasa Jawa sebenarnya secara kelompok besar dikategorikan menjadi tiga jenis yakni ngoko, madya dan krama. Bahkan ketiga kelompok tersebut kemudian diuraikan lagi menjadi 4 ragam, yakni : ngoko lugu, ngoko alus, kromo lugu, dan  kromo alus (menurut kurikulum Berbahasa Jawa Tahun 2010).
Hal ini bertujuan agar mendukung peningkatan ketrampilan berbahasa serta sesuai dengan kebutuhan peserta didik juga memenuhi azas fungsional komunikatif. Para siswa dituntut untuk bisa menerapkan keempat ragam di atas secara laras dan leres, yakni siswa berbicara dengan siapa, dimana, pada posisi bagaimana, misalnya apa sedang bicara dengan anak kecil, teman sebaya, orang tua, guru, orang yang lebih dihormati, dan lain-lain tentulah menggunakan ragam bahasa yang berbeda-beda. Karena sulitnya penerapan unggah-ungguh berbahasa tersebut menyebabkan siswa enggan, malas, kurang prigel kurang mersudi, durung Jawa/ora Jawa, sementara para guru dan orang tua biasanya menyalahkan, menggerutu, nyacat, kurang mencari jalan keluar, untuk itu perlu kiranya kita sebagai guru mencari solusi agar siswa menjadi familiar dengan Bahasa Jawa, tidak lagi takut ataupun ragu-ragu  dalam menerapkan unggah-ungguh. Dengan adanya ragam bahasa yang harus dipilih dalam berkomunikasi  berbahasa Jawa siswa perlu diingatkan akan adanya 4 hal, yakni :
1.      mawas diri (tinggi atau rendah, tua atau muda, posisi/peprenahan serta umur dibandhing dengan yang di ajak bicara ,
2.      mawas ragam yang dipilih (ngoko, krama,atau krama inggi)l, ,
3.      mawas kosakata (jangan sampai keliru ragam krama inggil untuk dirinya sendiri,
4.      mawas sikap (gerak tubuh, mimik, ngapurancang  atau bahkan malang kerik) sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat.
Unggah-ungguh berbahasa merupakan penerapan berbahasa Jawa yang selaras dengan situasi dan kondisi dengan mengingat :
1.      pembicara atau orang pertama (utama purusa),
2.      lawan bicara atau orang kedua (madyama purusa),
3.      orang yang dibicarakan atau orang ketiga (pratama purusa).
Contoh : Orang pertama kepada orang kedua “Panjenengan esuk-esuk kok wis resik-resik ana apa ta?”. Orang kedua menjawab “Apa ora midhanget panjenengan kuwi, menawa Bapak Kepala Madrasah mengko arep rawuh” (Bapak Kepala Madrasahi itu orang ketiga yang disebut oleh orang kedua adalah orang yang dihormati). Contoh aplikasi di kelas ‘Bu guru kula ngrumiyini kondur” Kalimat ini kelihatannya halus namun menurut unggah-ungguh ini salah ada kata kondur. kata kondur termasuk kosakata krama inggil tidak boleh diterapkan untuk diri sendiri / orang pertama. Siswa dianggap “durung Jawa” atau “Ora Jawa” dapat terlihat pada contoh-contoh kalimat yang sering diucapkan siswa seperti :
1.        Aku wis mangan, Bapak yo uwis mangan kok.
2.        Nuwun sewu kula tindak rumiyin.
3.        Malem Minggu Bapak anggone turu nganti wengi.
4.        Sadurunge sekolah aku siram dhisik.
5.        dst.
Padahal yang benar adalah :
1.        Aku wis mangan, Bapak yo uwis dhahar kok.
2.        Nuwun sewu, kula kesah rumiyin.
3.        Malem Minggu Bapak anggone wungu nganti bengi
4.        Sadurunge sekolah aku adus dhisik

Karena sulitnya penerapan unggah-ungguh tersebut maka guru hendaknya secara terus menerus memprogram pembelajaran Bahasa Jawa yang sesuai dengan prinsip, tujuan, materi, metode penerapan dan penilaian agar pembelajaran Bahasa Jawa menjadi pembelajaran yang tidak ditakuti dan disegani oleh siswa. Prinsip dalam pembelajaran Bahasa Jawa yakni harus bertujuan dan terarah, Memerlukan bimbingan, memerlukan pemahaman sehingga diperoleh pemahaman, memerlukan latihan dan ulangan, merupakan proses aktif peserta didik dengan lingkungannya, disertai keinginan dan kemauan untuk mencapai tujuan, disertai proses internalisasi diri dari si pembelajar, dianggap berhasil jika telah sanggup menerapkan dalam praktik kehidupan sehari-hari

Pembelajaran Bahasa Jawa berdasarkan Kurikulum 2010 lebih menekankan kepada pendekatan komunikatif yaitu pembelajaran yang mempermudah para siswa agar lebih akrab dalam pergaulan dengan menggunakan Bahasa Jawa dan melatih siswa untuk lebih senang berbicara menggunakan Bahasa Jawa yang benar dan tetap sesuai dengan situasinya.
Dalam pembelajaran bahasa jawa ada 4 aspek yang diajarkan oleh guru yaitu : Mendengarkan, Berbicara, Membaca, Menulis. Keempat aspek tersebut tidak dapat terpisah antara satu aspek dengan aspek lainnya, dalam pembelajaran hanya penekanannya lebih difokuskan pada salah satu aspek, artinya pada pembelajaran mendengarkan siswa tidak hanya dituntut mendengarkan saja akan tetapi siswa juga harus dapat berbicara, menulis dan mengapresiasikannya dalam bentuk sastra. Peranan guru dalam pengembangan bahasa Jawa terutama penerapan unggah-ungguh sangat penting dan dominan dalam keberhasilan pembelajaran bahasa Jawa. Mengingat guru bahasa Jawa adalah orang-orang yang tugasnya setiap hari membina bahasa Jawa, orang yang semestinya merasa paling bertanggung jawab akan perkembangan bahasa Jawa adalah guru, orang yang selalu akan dituding oleh masyarakat bila hasil pengajaran bahasa Jawa disekolah tidak memuaskan. Guru memegang peranan terpenting dalam menentukan keberhasilan pengajaran. Bagaimanapun baiknya kurikukulum dan lengkapnya sarana prasarana, apabila guru tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka pengajaran pastilah tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.
Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Jawa pada saat ini diharapkan agar para siswa lebihmenyenangi budaya bangsa khususnya Budaya Jawa. Dengan menumbuhkan cipta, rasa dan karsa, siswa diajak untuk mengenal dan lebih mencintai budaya sendiri, serta mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Praktek dalam pembelajaran Bahasa Jawa memasukkan nilai-nilai ke Jawaan yang diharapkan melalui tahapan-tahapan di bawah ini:
1.      Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya Jawa/penerapan unggah-ungguh sudah tercakup di dalamnya.
2.      Menggunakan tabel yang memperlihatkan keterkaitan antara SK/ KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai budaya Jawa yang akan dikembangkan.
3.      Mencantumkan nilai-nilai budaya Jawa  ke dalam silabus.
4.      Mencantumkan nilai-nilai budaya Jawa yang sudah tercantum dalam silabus ke RPP.
5.      Mengembangkan proses pembelajaran siswa aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai.
6.      Memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk internalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.
Contoh Perencanaan Pengembangan unggah-ungguh yang Dapat Diprogram Guru
1.      Kegiatan Rutin di Sekolah, meliputi : (a) Setiap bertemu dengan siapapun selalu memberi salam, (b) Setiap merasa bersalah meminta maaf (nuwun sewu), (c) Setiap mau mendahului selalu mohon ijin (ndherek langkung), (d) Selalu membiasakan gerakan tubuh (gesture) yang mengisyaratkan kesopanan, contoh : menganggukkan kepala, membungkukkan badan, mengacungkan ibu jari, apabila berjalan dibiasakan untuk selalu hati-hati dan sopan serta gerakan yang pantas.
2.      Kegiatan Spontan, berupa: (a) kegiatan mencatat dan menegur teman yang kurang pas atau keliru atau salah dalam menerapkan unggah-ungguh dan memberi solusinya, (b) memberi penghargaan (prizing) dan menumbuhsuburkan (cherising) tingkah laku, tindak tanduk, tata krama yang sudah sesuai dengan unggah-ungguh.
3.      Teladan Modelling atau Exemplary yaitu dengan mensosialisasikan dan mengimplementasikan unggah-ungguh yang benar dengan model/teladan dari para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah maupun dari siswa yang lebih besar kepada adik kelasnya.
4.      Pengkondisian Sekolah mengkondisikan kehidupan sekolah yang mencerminkan unggah- ungguh yang baik dan benar dalam semua situasi dan kondisi.
Dengan seluruh warga sekolah memiliki komitmen yang kuat serta disiplin yang tinggi untuk mencapai pembiasaan berlaku, bertindak dan bertata krama melalui penerapan unggah-ungguh yang benar senantiasa dibiasakan, sehingga tumbuh kesadaran bahwa penerapan unggah-ungguh mampu sebagai sarana penanaman budi pekerti luhur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka acting the good  itu berubah menjadi kebiasaan. Sebagaimana butir-butir dalam budaya jawa berikut :
“Titikane aluhur, alusing solah tingkah budi bahasane lan legawaning ati, darbe sifat berbudi bawa leksana.“Ciri-ciri orang luhur ialah tingkah laku dan budi bahasa yang halus, keikhlasan hati, dan rela berkorban, tanpa mendahulukan kepentingan pribadi.


?$urfirjyni=rt\ 2bu/[fni=pzsTuti.