Sudah
Sopankah
Kita….?
Oleh : Isnen Widiyanti, S.Pd
( Guru
Bahasa Jawa MTs N Model Babakan )
S
|
opan
santun kini sudah menjadi hal yang langka.
Era modernisasi menjadi penyebab tata
krama dilupakan, disisihkan, dan hanya dilakukan oleh beberapa remaja saja. Memang di
pedesaan, tata krama masih dijunjung tinggi, karena budaya tata krama di pedesaan menjadi patokan dan menjadi santapan sehari-hari baik dalam berkomunikasi dengan sesama maupun
dengan orang yang lebih tua.
A. PENGERTIAN TATA KRAMA
Tata krama merupakan kata majemuk yang terdiri dari tata dan krama. Tata berarti adat, aturan, atau norma. Krama berarti taklum, takjim, atau sangat hormat. Dengan demikian tata krama adalah aturan, norma, atau adat kebiasaan mengenai hormat menghormati yang lazim disebut sopan santun atau etiket.
Tata krama merupakan kata majemuk yang terdiri dari tata dan krama. Tata berarti adat, aturan, atau norma. Krama berarti taklum, takjim, atau sangat hormat. Dengan demikian tata krama adalah aturan, norma, atau adat kebiasaan mengenai hormat menghormati yang lazim disebut sopan santun atau etiket.
B. HAKEKAT TATA KRAMA
Tata krama timbul dan berlaku di masyarakat atas dasar kesepakatan bersama guna memelihara hubungan baik antarsesama warga masyarakat. Tata krama pada hakekatnya merupakan penuntun hidup bermasyarakat demi terciptanya kehidupan yang rukun dan harmonis. Setiap warga madrasah dituntut untuk mentaati, menghayati dan mengamalkan segala norma yang berlaku.
Tata krama timbul dan berlaku di masyarakat atas dasar kesepakatan bersama guna memelihara hubungan baik antarsesama warga masyarakat. Tata krama pada hakekatnya merupakan penuntun hidup bermasyarakat demi terciptanya kehidupan yang rukun dan harmonis. Setiap warga madrasah dituntut untuk mentaati, menghayati dan mengamalkan segala norma yang berlaku.
Namun
kadang-kadang pelanggaran terjadi di luar kemauan kita, tanpa kita sadari. Hal ini terjadi mungkin karena salah tanggap
atau salah paham. Untuk menghindari hal tersebut perlu diperhatikan beberapa
hal antara lain:
Pertama
Perlakukan orang lain sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan.
Perlakukan orang lain sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan.
Kedua
Bahwa setiap orang dapat mengalami kesibukan, kesusahan, kesulitan hingga hatinya menjadi kesal dan wajahnya pun tidak ramah. Oleh karena itu, janganlah cepat-cepat berprasangka bahwa ketidakramahan itu ditujukan kepada kita.
Bahwa setiap orang dapat mengalami kesibukan, kesusahan, kesulitan hingga hatinya menjadi kesal dan wajahnya pun tidak ramah. Oleh karena itu, janganlah cepat-cepat berprasangka bahwa ketidakramahan itu ditujukan kepada kita.
Ketiga
Ketahuilah bahwa ada orang-orang yang memiliki ciri-ciri lahir dan atau batin yang berbeda dengan orang banyak. Misalnya ada orang yang secara alamiah tidak ramah, mahal senyum, pemurung, pendiam dan sebagainya . Oleh karena itu janganlah kita membenci mereka.
Ketahuilah bahwa ada orang-orang yang memiliki ciri-ciri lahir dan atau batin yang berbeda dengan orang banyak. Misalnya ada orang yang secara alamiah tidak ramah, mahal senyum, pemurung, pendiam dan sebagainya . Oleh karena itu janganlah kita membenci mereka.
Keempat
Tanamkanlah kepercayaan/keyakinan pada diri kita bahwa semua orang pada dasarnya baik, agar kita tidak merasa kecewa tanpa alasan dan karenanya wajah kita selalu cerah dan ramah.
Kelima
Jadilah orang pemaaf, suka memaafkan kesalahan orang lain, terlebih-lebih jika orang tersebut telah meminta maaf.
Tanamkanlah kepercayaan/keyakinan pada diri kita bahwa semua orang pada dasarnya baik, agar kita tidak merasa kecewa tanpa alasan dan karenanya wajah kita selalu cerah dan ramah.
Kelima
Jadilah orang pemaaf, suka memaafkan kesalahan orang lain, terlebih-lebih jika orang tersebut telah meminta maaf.
Keenam
Jika kita sedang merasa kecewa pada seseorang atau diri sendiri, sembunyikanlah perasaan itu dari orang lain yang tidak bersangkut paut agar mereka tidak tersinggung.
Jika kita sedang merasa kecewa pada seseorang atau diri sendiri, sembunyikanlah perasaan itu dari orang lain yang tidak bersangkut paut agar mereka tidak tersinggung.
Ketujuh
Janganlah memandang orang dari sisi negatifnya saja. Ingatlah segi positifnya pasti banyak, terlebih-lebih orang dekat. Oleh karena itu janganlah mengadili orang terlalu kejam jika ia sesekali berbuat keliru.
Janganlah memandang orang dari sisi negatifnya saja. Ingatlah segi positifnya pasti banyak, terlebih-lebih orang dekat. Oleh karena itu janganlah mengadili orang terlalu kejam jika ia sesekali berbuat keliru.
C. RUANG LINGKUP TATA KRAMA
Berikut ini diuraikan secara ringkas norma-norma sopan santun yang berlaku umum di kalangan bangsa Indonesia.
Berikut ini diuraikan secara ringkas norma-norma sopan santun yang berlaku umum di kalangan bangsa Indonesia.
1. TATA KRAMA PERGAULAN SESAMA TEMAN
Hidup
tanpa teman sungguh tidak terbayangkan. Hidup tanpa teman berarti hidup
sendiri, sunyi, sepi, tidak ada tempat bersuka cita, tidak ada tempat mengeluh
atau minta pertolongan manakala kesulitan. Oleh karena itu perlu dijaga
hubungan baik dengan teman-teman tetapi tetap terpelihara. Untuk itu, perlu
diperhatikan beberapa hal antara lain:
a.
Bantulah teman yang minta
pertolongan dengan kemampuan kita. Jika karena sesuatu hal kita tidak dapat
memenuhi permintaan itu, sampaikanlah hal itu secara halus disertai
alasan-alasan yang masuk akal.
b.
Hargailah pendapat teman. Jika
kita tidak sependapat, kemukakanlah pendapat kita sendiri secara baik-baik,
Hindarilah penggunaan kata-kata buruk, jelek, tidak pantas, dan sebagainya
dalam mengomentari pekerjaan atau pakaian teman, karena masalah penilaian baik
atau buruk dalam hal ini umumnya bersifat subjektif. Baik menurut kita, belum
tentu baik buat orang lain. Ingat bahwa tidak seorangpun yang rela dicela,
Sering-seringlah menggunakan kata-kata pujian kepada teman-teman setelah mereka
melakukan sesuatu dengan baik.
c.
Ucapkanlah terima kasih yang
tulus kepada teman yang telah berbuat baik kepada kita betapapun kecilnya
kebaikan itu.
d.
Jauhilah kebiasaan berguncing
karena pergunjingan merupakan sumber pertikaian atau perpecahan.
e.
Janganlah memendam rasa kecewa
berlama-lama, karena hal ini bisa meledak menjadi kemarahan yang berakibat
pertengkaran. Curahkanlah perasaan itu segera secara terbuka dan baik-baik.
Ingat kekecewaan belum tentu beralasan, mungkin kita sendiri yang salah
mengerti.
f.
Terimalah setiap teguran dengan
hati yang lapang.
g.
Jika memang kita bersalah,
akuilah secara jantan dan mintalah maaf, jika tidak,
jelaskanlah baik-baik duduk persoalannya.
h.
Hindarkanlah sikap mau menang
sendiri, mau benar sendiri. Ingatlah peribahasa ”Orang pandai berbicara dengan
mulut, orang bodoh berbicara dengan tinju”.
i.
Biasakanlah menggunakan kata-kata seperti “Assalamu’alaikum”, ”Selamat
Pagi” dan sebagainya, jika bertemu atau “Nuwun sewu...!”, ”Maaf….!”, ”Tolong…!”, dan
lain-lain jika minta tolong ataupun yang lainnya.
j.
Kembalikanlah segera barang/uang
pinjaman; jangan dibiarkan si pemilik mengambilnya sendiri (dengan kecewa).
2. TATA KRAMA PERGAULAN DENGAN GURU
Dalam
tata krama masyarakat Jawa dikenal ungkapan ”Guru, ratu, wong atau karo”. Ini
mengandung arti bahwa guru, menurut urutan kata-katanya, adalah orang yang
pertama-tama harus dihormat, kemudian berturut-turut raja dan orang tua.
Agaknya ini tidaklah berlebihan, karena gurulah yang memberikan pengetahuan,
kepandaian, ketrampilan sebagai bekal hidup. Setiap guru selalu dengan ikhlas
berusaha agar anak didiknya menjadi orang yang berguna bagi dirinya sendiri
maupun bagi orang lain. Oleh karena itu, setiap siswa hendaknya memiliki rasa
hormat kepada guru. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pergaulan dengan guru, antara lain :
a.
Tunjukkanlah sikap hormat dan
gunakanlah bahasa yang halus dan sopan, jika sedang berhadapan/berbicara dengan
guru.
b.
Jika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, curahkanlah
seluruh perhatian kepada guru, janganlah membuat gaduh
atau bercakap-cakap karena hal itu di samping mengganggu ketenangan, juga
sangat menyinggung perasaan guru.
c.
Pertanyaan atau tanggapan mengenai
materi pelajaran hendaknya
dikemukakan secara sopan, jangan sampai timbul kesan siswa lebih tahu dari guru
atau mengajarinya.
d.
Usahakanlah untuk tidak keluar
ruang kelas (misalnya
ke kamar kecil). Kalaupun sangat terpaksa, minta izin terlebih dahulu pada
waktu guru tidak berbicara.
e.
Hendaklah sudah berada di dalam
ruangan sebelum guru datang. Jika terlambat, mintalah maaf sambil memberikan
alasan yang tepat.
f.
Kerjakanlah setiap tugas dari guru
dengan sebaik-baiknya.