sugeng rawuh


widget

Selasa, 23 Agustus 2016

MEMAKNAI HARI KEMERDEKAAN DENGAN MEMERDEKAKAN GURU

MEMAKNAI HARI KEMERDEKAAN 
DENGAN MEMERDEKAKAN GURU
Oleh :
Isnen Widiyanti, S.Pd
Guu MTs N Model Babakan

Merdekaaaa...!!!! Pekik semua orang dari segala penjuru Indonesia, dari Sabang hingga Merauke membahana di langit bumi Indonesia. Gegap-gempita perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71 bergema di seantero penjuru negeri. Kemeriahan menyambut dan merayakan HUT RI tidak sekadar milik penguasa, tapi juga rakyat jelata. Tidak hanya di Istana Negara, tapi juga di desa-desa. Tidak terkecuali di sekolah, guru, staf, dan siswa berbaur mengikuti beragam lomba, sekaligus menghias sekolah dengan dominasi bendera merah putih.
Namun, Kemerdekaan yang diraih oleh bangsa ini sejak 71 tahun silam ternyata belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Berbagai persoalan yang dialami oleh para guru saat ini membuktikan bahwa mereka belum mampu membebaskan diri dari belenggu yang selama ini memasung kreativitasnya. Tak heran jika output yang dihasilkan pun masih jauh dari harapan.
Banyak orang yang menganggap bahwa menjadi seorang guru itu mudah. Persepsi itu sungguh tidak benar adanya, karena seseorang guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik dan mengajar. Tanggung jawab itulah yang menjadi professionalitas seorang guru di mata masyarakat. Seorang guru tidak sebatas mengajar di kelas tetapi juga harus menjadi teladan bagi muridnya. Keteladanan tersebut akan menjadi tolak ukur keberhasilan seorang guru.
Dalam mentrasfer ilmu, seorang guru haruslah memperhatikan murid-murid secara bijak dan cermat, karena antara murid yang satu dan lainnya berbeda karakter. Ada murid yang cepat dalam menangkap pelajaran, ada juga murid yang lamban dalam memahami pelajaran. Selain itu guru juga harus menjunjung tinggi etika dan norma dalam mendidik.
Yang masih terasa membelenggu kalangan pendidikan antara lain gelar pahlawan tanpa tanda jasa bagi para guru di Indonesia. Gelar ini bukan sesuatu yang tidak baik, tetapi kalau penafsirannya tidak tepat akan menghasilkan implilkasi yang justru menyudutkan para guru. Apa artinya gelar sebagus itu jika tidak memberikan jaminan hidup yang layak?
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perubahan sosio-kultural yang terkadang sulit diprediksi, profesi pendidik seakan-akan dihadapkan pada dilema yang kompleks. Di satu pihak, masyarakat pengguna jasa kependidikan menuntut akan kualitas layanan jasa kependidikan secara lebih baik, tetapi di pihak lain para penyandang profesi kependidikan dihadapkan pada berbagai keterbatasan. Bahkan secara individual mereka dihadapkan pula pada suatu realitas bahwa kesejahteraannya perlu mendapat perhatian khusus. Imbalan jasa kependidikan yang kurang sesuai menurut ukuran kebutuhan hidup realistis masih menjadi topik diskusi keseharian masyarakat. Padahal masyarakat yakin betul bahwa kelangsungan hidup bangsa ini akan sangat ditentukan oleh keberhasilan proses sistem pendidikan.
Makna kemerdekaan bagi guru adalah ketika ia memiliki kebebasan dalam mendesain pembelajaran sesuai kondisi sekolah dan siswa agar tujuan pendidikan tercapai. Kemerdekaan bagi guru adalah ketika dia diberikan peluang untuk meningkatkan kompetensinya tanpa hambatan, baik melalui seminar, pelatihan, maupun melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kenyataannya, guru belum merdeka dalam pengertian di atas.
Melihat seorang guru seperti melihat sebuah masa depan cerah yang telah dijanjikan untuk dunia ini. Ingatkah kita ketika Jepang pernah terpuruk dengan hancurnya kota Nagasaki dan Hiroshima
oleh bom Amerika. Jepang saat itu lumpuh total, korban meninggal mencapai jutaan, belum lagi efek radiasi bom tersebut yang dalam perkiraan membutuhkan 50 tahun untuk menghilangkan itu semua. Maka Jepang terpaksa menyerah kepada sekutu, dan setelah itu Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jendral masih hidup yang tersisa menanyakan kepada mereka “Berapa jumlah guru yang tersisa?“. Para jendral pun bingung mendengar pertanyaan Kaisar Hirohito dan menegaskan kepada Kaisar bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi Kaisar walau tanpa guru. Namun, Kaisar Hirohito kembali berkata, “Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang. Tapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar bagaimana kita akan mengejar mereka? Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan.”
Betapa bernilainya seorang guru di mata Kaisar saat itu sama seperti betapa bernilainya guru saat ini. Jepang menjadi negara maju seperti saat ini tak lepas dari pengaruh dan campur tangan guru. Tanpa guru, mungkin Jepang saat ini akan tetap terpuruk dan takkan menjadi salah satu negara yang ditakuti oleh negara lain. Bahkan saat ini, Jepang telah menjadi ancaman serius untuk negara yang pernah menjadikkannya terpuruk, yakni Amerika. Kemajuan Jepang tersebut hanyalah sebuah ilustrasi dan pengibaratan yang sangat sederhana tentang pentingnya sosok guru.
Mengingat pentingnya arti sebuah kemerdekaan bagi guru dalam mendidik tunas-tunas bangsa, sudah saatnya semua pihak bergerak untuk memberikan kontribusinya. Pemerintah pusat sebagai pemegang kebijakan tertinggi diharapkan mampu memenuhi berbagai kebutuhan yang dimiliki oleh guru. Besarnya anggaran yang dikeluarkan hendaknya dipandang sebagai sebuah investasi dan bukan beban. Alhamdulillah, kini kesejahteraan guru sudah mulai diperhatikan oleh pemerintah, seperti adanya tunjangan sertifikasi guru bahkan untuk daerah tertentu, seperti di DKI Jakarta kesejahteraan guru sudah di anggap cukup dengan adanya tunjangan kesejahteraan dari PEMDA DKI JAKARTA.
Sejalan dengan peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia, kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi para guru sudah saatnya ditingkatkan. Para guru harus mampu  mengubah mind set dan bertindak dalam menjalankan tugas sebagai pengajar dan pendidik. Kedepan guru tidak terjebak pada rutinitas tugas belaka, tetapi secara terus menerus guru harus mampu meningkatkan kualitas mengajar dan mendidiknya sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai. Tanpa perubahan mind set dari para guru sepertinya sulit dan hampir tidak mungkin mutu pendidikan di Indonesia dapat meningkat. Hal ini di sebabkan guru berada di garda terdepan dalam peningkatan mutu pendidikan.
Oleh karena itu, dibutuhkan kesejahteraan pribadi dan profesional guru yang meliputi : imbal jasa yang wajar dan proporsional, rasa aman dalam melaksanakan tugasnya, kondisi kerja yang kondusif bagi pelaksanaan tugas dan suasana kehidupannya, hubungan antar pribadi yang baik dan kondusif, kepastian jenjang karier dalam menuju masa depan yang lebih baik.
Adapun pemerintah daerah hendaknya benar-benar menyadari bahwa tugas utama seorang guru adalah mendidik anak. Mendorong mereka ke dalam pusaran politik hanya akan membuat harkat dan martabat guru jatuh di hadapan masyarakat. Oleh karenanya mendukung guru agar bersikap netral merupakan keputusan yang bijak. Selain kedua hal diatas, yang tak kalah penting adalah memberikan kepercayaan kepada guru untuk mendidik tunas-tunas bangsa sesuai dengan potensinya. Guru tentunya lebih mengetahui kurikulum mana yang sesuai digunakan di sekolahnya. Melalui berbagai upaya diatas, kita berharap setiap guru dapat memperoleh kemerdekaan sebagaimana yang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat. Dengan begitu mereka pun dapat mencurahkan segenap potensi serta kreativitasnya dalam mendidik tunas-tunas bangsa sesuai dengan yang diharapkan.


MEMAKNAI HARI KEMERDEKAAN DENGAN MEMERDEKAKAN GURU

MEMAKNAI HARI KEMERDEKAAN DENGAN 
MEMERDEKAKAN GURU
Oleh :
Isnen Widiyanti, S.Pd
Guu MTs N Model Babakan

Merdekaaaa...!!!! Pekik semua orang dari segala penjuru Indonesia, dari Sabang hingga Merauke membahana di langit bumi Indonesia. Gegap-gempita perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71 bergema di seantero penjuru negeri. Kemeriahan menyambut dan merayakan HUT RI tidak sekadar milik penguasa, tapi juga rakyat jelata. Tidak hanya di Istana Negara, tapi juga di desa-desa. Tidak terkecuali di sekolah, guru, staf, dan siswa berbaur mengikuti beragam lomba, sekaligus menghias sekolah dengan dominasi bendera merah putih.
Namun, Kemerdekaan yang diraih oleh bangsa ini sejak 71 tahun silam ternyata belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Berbagai persoalan yang dialami oleh para guru saat ini membuktikan bahwa mereka belum mampu membebaskan diri dari belenggu yang selama ini memasung kreativitasnya. Tak heran jika output yang dihasilkan pun masih jauh dari harapan.
Banyak orang yang menganggap bahwa menjadi seorang guru itu mudah. Persepsi itu sungguh tidak benar adanya, karena seseorang guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik dan mengajar. Tanggung jawab itulah yang menjadi professionalitas seorang guru di mata masyarakat. Seorang guru tidak sebatas mengajar di kelas tetapi juga harus menjadi teladan bagi muridnya. Keteladanan tersebut akan menjadi tolak ukur keberhasilan seorang guru.
Dalam mentrasfer ilmu, seorang guru haruslah memperhatikan murid-murid secara bijak dan cermat, karena antara murid yang satu dan lainnya berbeda karakter. Ada murid yang cepat dalam menangkap pelajaran, ada juga murid yang lamban dalam memahami pelajaran. Selain itu guru juga harus menjunjung tinggi etika dan norma dalam mendidik.
Yang masih terasa membelenggu kalangan pendidikan antara lain gelar pahlawan tanpa tanda jasa bagi para guru di Indonesia. Gelar ini bukan sesuatu yang tidak baik, tetapi kalau penafsirannya tidak tepat akan menghasilkan implilkasi yang justru menyudutkan para guru. Apa artinya gelar sebagus itu jika tidak memberikan jaminan hidup yang layak?
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perubahan sosio-kultural yang terkadang sulit diprediksi, profesi pendidik seakan-akan dihadapkan pada dilema yang kompleks. Di satu pihak, masyarakat pengguna jasa kependidikan menuntut akan kualitas layanan jasa kependidikan secara lebih baik, tetapi di pihak lain para penyandang profesi kependidikan dihadapkan pada berbagai keterbatasan. Bahkan secara individual mereka dihadapkan pula pada suatu realitas bahwa kesejahteraannya perlu mendapat perhatian khusus. Imbalan jasa kependidikan yang kurang sesuai menurut ukuran kebutuhan hidup realistis masih menjadi topik diskusi keseharian masyarakat. Padahal masyarakat yakin betul bahwa kelangsungan hidup bangsa ini akan sangat ditentukan oleh keberhasilan proses sistem pendidikan.
Makna kemerdekaan bagi guru adalah ketika ia memiliki kebebasan dalam mendesain pembelajaran sesuai kondisi sekolah dan siswa agar tujuan pendidikan tercapai. Kemerdekaan bagi guru adalah ketika dia diberikan peluang untuk meningkatkan kompetensinya tanpa hambatan, baik melalui seminar, pelatihan, maupun melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kenyataannya, guru belum merdeka dalam pengertian di atas.
Melihat seorang guru seperti melihat sebuah masa depan cerah yang telah dijanjikan untuk dunia ini. Ingatkah kita ketika Jepang pernah terpuruk dengan hancurnya kota Nagasaki dan Hiroshima
oleh bom Amerika. Jepang saat itu lumpuh total, korban meninggal mencapai jutaan, belum lagi efek radiasi bom tersebut yang dalam perkiraan membutuhkan 50 tahun untuk menghilangkan itu semua. Maka Jepang terpaksa menyerah kepada sekutu, dan setelah itu Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jendral masih hidup yang tersisa menanyakan kepada mereka “Berapa jumlah guru yang tersisa?“. Para jendral pun bingung mendengar pertanyaan Kaisar Hirohito dan menegaskan kepada Kaisar bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi Kaisar walau tanpa guru. Namun, Kaisar Hirohito kembali berkata, “Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang. Tapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar bagaimana kita akan mengejar mereka? Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan.”
Betapa bernilainya seorang guru di mata Kaisar saat itu sama seperti betapa bernilainya guru saat ini. Jepang menjadi negara maju seperti saat ini tak lepas dari pengaruh dan campur tangan guru. Tanpa guru, mungkin Jepang saat ini akan tetap terpuruk dan takkan menjadi salah satu negara yang ditakuti oleh negara lain. Bahkan saat ini, Jepang telah menjadi ancaman serius untuk negara yang pernah menjadikkannya terpuruk, yakni Amerika. Kemajuan Jepang tersebut hanyalah sebuah ilustrasi dan pengibaratan yang sangat sederhana tentang pentingnya sosok guru.
Mengingat pentingnya arti sebuah kemerdekaan bagi guru dalam mendidik tunas-tunas bangsa, sudah saatnya semua pihak bergerak untuk memberikan kontribusinya. Pemerintah pusat sebagai pemegang kebijakan tertinggi diharapkan mampu memenuhi berbagai kebutuhan yang dimiliki oleh guru. Besarnya anggaran yang dikeluarkan hendaknya dipandang sebagai sebuah investasi dan bukan beban. Alhamdulillah, kini kesejahteraan guru sudah mulai diperhatikan oleh pemerintah, seperti adanya tunjangan sertifikasi guru bahkan untuk daerah tertentu, seperti di DKI Jakarta kesejahteraan guru sudah di anggap cukup dengan adanya tunjangan kesejahteraan dari PEMDA DKI JAKARTA.
Sejalan dengan peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia, kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi para guru sudah saatnya ditingkatkan. Para guru harus mampu  mengubah mind set dan bertindak dalam menjalankan tugas sebagai pengajar dan pendidik. Kedepan guru tidak terjebak pada rutinitas tugas belaka, tetapi secara terus menerus guru harus mampu meningkatkan kualitas mengajar dan mendidiknya sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai. Tanpa perubahan mind set dari para guru sepertinya sulit dan hampir tidak mungkin mutu pendidikan di Indonesia dapat meningkat. Hal ini di sebabkan guru berada di garda terdepan dalam peningkatan mutu pendidikan.
Oleh karena itu, dibutuhkan kesejahteraan pribadi dan profesional guru yang meliputi : imbal jasa yang wajar dan proporsional, rasa aman dalam melaksanakan tugasnya, kondisi kerja yang kondusif bagi pelaksanaan tugas dan suasana kehidupannya, hubungan antar pribadi yang baik dan kondusif, kepastian jenjang karier dalam menuju masa depan yang lebih baik.
Adapun pemerintah daerah hendaknya benar-benar menyadari bahwa tugas utama seorang guru adalah mendidik anak. Mendorong mereka ke dalam pusaran politik hanya akan membuat harkat dan martabat guru jatuh di hadapan masyarakat. Oleh karenanya mendukung guru agar bersikap netral merupakan keputusan yang bijak. Selain kedua hal diatas, yang tak kalah penting adalah memberikan kepercayaan kepada guru untuk mendidik tunas-tunas bangsa sesuai dengan potensinya. Guru tentunya lebih mengetahui kurikulum mana yang sesuai digunakan di sekolahnya. Melalui berbagai upaya diatas, kita berharap setiap guru dapat memperoleh kemerdekaan sebagaimana yang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat. Dengan begitu mereka pun dapat mencurahkan segenap potensi serta kreativitasnya dalam mendidik tunas-tunas bangsa sesuai dengan yang diharapkan.