Kata “kumenthus” dan “kumaki” sering kali diucapkan “kementhus” dan
“kemaki” yang masih sering kita dengar
dalam percakapan bahasa Jawa. Arti umumnya adalah “sombong”. Masih banyak orang
yang berbahasa ibu “Jawa” mengerti hal ini. Yang bukan Jawa pun tahu mengatakan
"kemaki".
Sri Pakubuwana
IV memasukkan "kumenthus lawan kumaki" sebagai perilaku
anak muda yang kurang bergaul dengan orang baik (Serat Wulangreh: Kelakuan “nom-noman”
yang “adoh wong becik”) dalam pupuh Pangkur bait ke 8 seperti pada
gambar di atas.
Apakah kumênthus sama dengan kumaki? Menurut saya
jawabannya adalah “serupa tetapi tak sama”. Serupa karena pengertian umumnya
adalah gambaran orang “sombong”, serupa pula karena menggunakan tatabahasa yang
sama, yaitu sisipan “um” atau “em” yang artinya kurang lebih “berperilaku
seperti .......”. Contoh sederhana misalnya: “Keminter” yang artinya bergaya
seperti orang pintar, padahal jauh dari pintar.
KUMENTHUS
Berasal dari kata “Kenthus”, yaitu sejenis katak yang bisa menggembungkan
perutnya. Kataknya kecil-kecil saja, tetapi kalau pas menggelembung dia akan
menjadi besar. Tidak hanya besar badannya tetapi suaranya pun menjadi besar.
Kita tidak akan menyangka kalau bunyi yang keras itu dikeluarkan oleh makhluk
sekecil itu.
Orang “kumenthus” adalah orang yang berlagak
sok berani sepertinya dia yang paling jagoan.
KUMAKI
Berasal dari kata “Kaki”. Kaki dalam bahasa Jawa artinya adalah sebutan
untuk orang yang sudah tua. Kalau dalam dunia pewayangan seorang pendeta sepuh
menyebut “kaki prabu” kepada raja yang lebih muda usia, berarti pendeta
tersebut menghormati sang raja. Walaupun muda, tetapi dituakan). Orang disebut
“Kaki” tidak sekedar sebagai sebutan untuk orang yang jauh lebih tua atau
dituakan, tetapi juga dianggap jauh lebih pandai.
Orang
“kumaki” adalah orang yang berlagak sok pandai, sama dengan kuminter. Gayanya
seperti orang tua bijak yang memberi pitutur luhur (padahal perilakunya tidak
mendukung).
KUMENTHUS
DAN KUMAKI VS ADIGANG ADIGUNG ADIGUNA
Ada teman yang bertanya tentang hal ini: Apa bedanya? Penjelasannya
sederhana saja. Orang "kumenthus" dan "kumaki" tidak punya
kelebihan tetapi berlagak hebat. Sedangkan "adigang adigung adiguna"
orangnya memang hebat sayangnya suka menonjol-nonjolkan kebolehannya. Yang
pertama adalah penyakit orang muda sedangkan yang kedua bisa muda bisa tua.
EPILOG
"Jadi kalau gitu
orang seperti bu Isnen ini sudah jauh dari kemaki ..." Komentar Haifa yang
dari tadi mendengar wedharan saya dengan saksama.
"Jangan
nggunggung Haifa, nalarnya gimana?" Jawab saya dengan reflek dada
membusung karena dapat pujian
"Kumaki kan
sifat anak muda yang berlagak pintar seperti kaki-kaki. Lha bu Isnen kan sudah
kaki-kaki eh nini-nini". Penjelasan Toni dengan senyum lebar.
"Sialan kamu, Haifa.
Kamu itu bar njunjung (mengangkat) terus ngantebake (menjatuhkan)".
CATATAN
Pengertian
“Kumenthus” dan “Kumaki” menurut Poerwadarminta, 1939, dapat dipirsani sebagai
berikut:
1. kumênthus: kn. ak. umuk,
gumêdhe, kumêndêllsp); kc. kênthus.
2. kênthus: kn 1 ar. kewanbngs.
kintêl;
3. kintêl: I kn. bngs.
kodhokkangbisamlêmbung.
4. kaki: I kn. eyangki 1 êmbahlanang; 2 br.
anakanggèr (panyêbutmarangwong nom kangkinasihut.kinurmatan); wis [x]-[x] pc.
wistuwabangêt.
5. kumaki: kn.
anbêkpintêr, kaya wongtuwa; kc. kaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar