I. Abstrak
Artikel merupakan sebuah karangan
faktual (non fiksi), tentang suatu masalah secara lengkap yang
panjangnya tidak ditentukan, untuk dimuat di surat kabar, majalah,
bulletin dan sebagainya dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan dan
fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan suatu masalah,
atau menghibur. Artikel termasuk termasuk tulisan kategori views
(pandangan), yaitu tulisan yang berisi pandangan, ide, opini, penilaian
penulisannya tentang suatu masalah atau peristiwa. Sedang karya ilmiah
adalah berbagai macam tulisan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok dengan menggunakan tata cara ilmiah yakni sistem penulisan yang
didasarkan pada sistem, masalah, tujuan, teori dan data untuk
memberikan alternatif pemecahan masalah tertentu.
II. Pendahuluan
Menulis
artikel dan karya ilmiah, kini bukan lagi sekedar hobi tetapi sudah
menjadi kebutuhan bagi kaum intelektual, terutama mereka yang menduduki
jabatan fungsional, seperti guru, dosen, peneliti, dan sebagainya. Bagi
mereka, menulis artikel di media massa, dan karya ilmiah pada jurnal
penelitian, merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan angka kredit untuk
menaikan jenjang jabatan fungsionalnya. Bagi mahasiswa, menulis karya
ilmiah merupakan kewajiban, sebelum mereka menyelesaikan masa studinya
dan diwisuda menjadi seorang sarjana.
Namun demikian menulis artikel
atau karya ilmiah tidaklah semudah membuat karangan biasa. Ide-ide atau
gagasan-gagasan yang ada dalam benak kita, tidak bisa begitu saja kita
tuangkan menjadi suatu tulisan artikel atau karya ilmiah. Karena untuk
menjadi artikel atau karya ilmiah, apalagi yang dipublikasikan melalui
media cetak, ide atau gagasan itu, terlebih dulu harus disesuaikan
dengan visi dan misi media cetak yang akan memuatnya, atau harus
mematuhi kaidah-kaidah ilmiah dalam prosedur karya tulis ilmiah. Inilah
kendala yang selama ini dihadapi oleh para dosen, guru, peneliti dan
pejabat fungsional lainnya. Ditambah lagi belum banyak buku panduan atau
contoh tulisan yang dapat mereka jadikan rujukan.
Menulis artikel
pada media massa, dan karya ilmiah pada jurnal ilmiah bagi para guru,
dosen, peneliti, mahasiswa dan siapa saja yang berkecimpung di dunia
ilmu pengetahuan, memang sangat penting dan dibutuhkan. Ini karena,
dengan menulis artikel dan karya ilmiah, mereka akan terus berlatih
untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul baik dalam kancah
keilmuan, maupun permasalahan sosial yang dihadapi pada kehidupan
sosial sehari-hari. Dengan upaya memecahkan permasalahan itulah, daya
pikir para guru, dosen, peneliti maupun mahasiswa terus terasah,
sementara pemikiran kritis mereka semakin tajam. Ini sangat diperlukan
bagi kalangan intelektual untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan.
Sebenarnya,
seiring dengan menjamurnya bisnis media cetak, kesempatan untuk menulis
artikel terbuka semakin lebar. Inilah lahan subur bagi guru, dosen,
peneliti, dan sebagainya, untuk berkarya memenuhi angka kredit bagi
jenjang jabatan fungsionalnya. Jika karya tulisnya dimuat, selain karya
tulisnya memperoleh angka kredit (credit point), juga mendapat honorium
dari surat kabar atau majalah yang memuatnya. Ini merupakan penghargaan
tambahan yang punya nilai tersendiri. Sayangnya tidak semua artikel bisa
menembus media massa. Karena selain gaya penulisan yang harus
komunikatif, artikelnya pun harus sesuai dengan misi, visi dan policy
media cetak tersebut.
Tulisan ini mencoba untuk memberi bekal,
terutama bagi para dosen, guru, peneliti dan mahasiswa untuk lebih
mengerti dan memahami tentang jenis-jenis artikel, kegunaannya, tata
cara penulisan dan yang lebih penting bagaimana memahami policy redaktur
media massa, sehingga tulisan artikelnya menjadi layak muat. Ini sangat
penting mengingat kebanyakan penulis artikel gagal dimuat hanya karena
tulisannya tidak sesuai dengan policy redaktur surat kabar atau majalah
yang ditujunya.
Demikian juga dengan penulisan karya ilmiah. Banyak
para guru, dosen, peneliti yang jenjang jabatan fungsionalnya menjadi
macet gara-gara tidak memenuhi KUM, misal jabatan fungsional dosen dari
tenaga pengajar ke asisten ahli, lektor, lektor kepala dan guru besar
dari unsur penulisan karya ilmiah, terutama dari hasil penelitian
memerlukan ketekunan dan kejelian tersendiri, serta panduan orang-orang
yang memang sudah sering melakukannya.
Bagi mahasiswa, terutama dalam
menyelesaikan tugasnya, baik tugas akhir mata kuliah maupun karya dalam
mengakhiri studinya seperti skripsi, tesis maupun disertasi. Baik dalam
etika penulisannya (aspek metodologi penelitian) maupun pemaparan
urgensi masalahnya (teori yang dijadikan acuan pembahasan).
III. Pembahasan
1. Artikel
Artikel
dalam bahasa Inggris ditulis “article”, sedang menurut kamus lengkap
Inggris-Indonesia karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan W.J.S.
Poerwodarminto, article berarti “karangan”. Sedangkan “artikel” dalam
bahasa Indonesia, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti karangan
di surat kabar, majalah dan sebagainya.
Dalam lingkup jurnalistik,
para pakar komunikasi menerjemahkan artikel, berdasarkan sudut pandang
masing-masing. Menurut R. Amak Syarifudin (Djuroto dan Bambang,
2003:3-4), artikel adalah suatu tulisan tentang berbagai alat, mulai
politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi, olah raga dan lain-lain.
Misalnya tulisan mengenai kehidupan kewanitaaan, pemuda, sejarah, film,
drama dan sebagainya. Tulisan semacam ini tidak terikat gaya bahasa
maupun format tulisan. Tetapi untuk mendapatkan audience-nya, penulis
artikel harus pandai mengungkapkan gaya tulisannya, agar tidak
membosankan. Penulisan artikel di media massa (surat kabar atau
majalah), tidak harus dilakukan oleh wartawannya sendiri, orang luar pun
bisa menyumbangkan artikelnya. Dalam prakteknya penulisan artikel pada
surat kabar atau majalah kebanyakan dari luar. Sedang menurut Tjuk
Swarsono bahwa artikel adalah karangan yang menampung gagasan dan opini
penulis, bisa berupa gagasan murni atau memungut dari sumber lain,
referensi, perpustakaan, pernyataan orang dan sebagainya. Artikel
mengharuskan penulis mencantumkan namanya secara lengkap (by name),
sebagai tanggung jawab atas kebenaran tulisannya. Juga Asep Syamsul M.
Romli menyebut artikel sebagai subuah karangan faktual (non fiksi),
tentang suatu masalah secara lengkap, yang panjangnya tidak ditentukan,
untuk dimuat disurat kabar, majalah, bulletin dan sebagainya, dengan
tujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik,
menawarkan pemecahan suatu masalah, atau menghibur. Artikel termasuk
tulisan ketegori views (pandangan), yaitu tulisan yang berisi pandangan,
ide, opini, penilaian penulisnya tentang suatu masalah atau peristiwa.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa semua tulisan di
surat kabar atau majalah yang bukan berbentuk berita, bisa disebut
artikel. Yang membedakan salah satunya adalah pemuatan artikel tersebut.
Jika artikel itu dimuat pada halaman opini, disebut artikel umum. Bila
diletakkan di halaman seni dan hiburan dikatakan esai, dan jika dimuat
di kolom khusus redaksi, diberi nama tajuk rencana dan sebagainya.
Menulis
artikel berbeda dengan menulis berita. Kalau berita, apa yang
ditulisnya itu harus berdasarkan fakta atas kejadian atau peristiwa yang
terjadi. Boleh juga penulisan berita ditambah dengan interpretasi,
sepanjang itu diperuntukkan bagi penjelasan fakta. Tetapi menulis
berita, sama sekali tidak diperbolehkan memasukkan opini. Untuk mewadahi
penyampaian opini masyarakat pada surat kabar atau majalah, disediakan
kolom khusus yaitu halaman opini (opinion page).
Lantas apakah
penulisan artikel harus full opinion? Jawabnya tidak juga. Menulis
artikel boleh dimulai dengan pemaparan fakta sebagai data dari apa yang
akan ditulisnya. Dari data yang ada itulah penulis bisa memberikan
pendapat, pandangan, gagasan, atau bahkan interpretasi dari fakta yang
ada pada data tersebut. Agar tidak dibingungkan oleh istilah fakta,
interpretasi dan opini, berikut perbedaan ketiga istilah tersebut.
Fakta
adalah kenyataan yang ada sesuai dengan data yang sebenarnya. Fakta
bukan buah pikiran atau pernyataan. Namun demikian, buah pikiran atau
pernyataan bisa menjadi fakta asalkan dilatarbelakangi oleh peristiwa
yang sebenarnya. Ini disebut dengan fact in idea. Contoh Majelis Ulama
Indonesia menyatakan. Bahwa bumbu masak Ajinomoto adalah haram.
Pernyataan ini didasarkan pada penelitian mereka, yang menemukan bahan
baku pembuatan Ajinomoto terakumulasi lemak babi (kasus Ajinomoto 2000).
Penjelasan MUI tersebut meskipun merupakan pernyataan, bisa dianggap
sebagai fakta karena pernyataan itu dilandasi dari hasil suatu
penelitian.
Interpretasi adalah hasil pemikiran berupa penafsiran,
pengertian atau pemahaman. Boleh jadi penafsiran, pemikiran atau
pemahaman seseorang dengan orang lain akan berbeda. Contoh: Presiden
Abdurrahman Wahid, ternyata menyatakan bumbu masak Ajinomoto adalah
halal. Meurutnya, lemak babi yang digunakan pada proses pembuatan
Ajinomoto tidak menyentuh langsung bahan baku bumbu masak tersebut.
Lemak babi hanya berfungsi memisahkan sel-sel pada tetes tebu sebagai
bahan baku utama, sehingga tidak langsung menyentuh apalagi bercampur
dengan bahan baku Ajinomoto tersebut.
Opini adalah pendapat atau
pandangan seseorang atau kelompok terhadap masalah atau peristiwa yang
terjadi. Contoh pada kasus Ajinomoto tersebut, muncul berbagai pendapat
(opini) yang di antaranya menyatakan, bahwa Presiden Abdurarrahman Wahid
meng-halal-kan Ajinomoto tersebut karena khawatir kehilangan investasi
dari Jepang yang menanamkan modalnya pada perusahaan Ajinomoto tersebut.
Dan banyak lagi contoh opini lainnya.
Kesimpulannya, menulis berita
bida gabungan antara fakta dan interpretasi. Sedangkan ertikel bisa
terdiri dari ketiganya, yaitu fakta, interpretasi, dan opini. Penulisan
artikel berbeda dengan komentar. Jika komentar tulisannya terfokus untuk
menanggapi, atau mengomentari nuansa atau fenomena dari suatu
permasalahan yang terjadi. Sedangkan artikel, penulisannya tidak sekadar
mengomentari masalah, tetapi bisa juga mengajukan pandangan, pendapat
atau pemikiran lain, baik yang sudah banyak diketahui masyarakat maupun
yang belum diketahui.
Kegunaan artikel bagi penerbit surat kabar atau
majalah adalah untuk membedakan pemuatan antara berita (fakta) dan
opini. Hampir semua penerbitan surat kabar menyediakan satu halaman.
Khusus untuk artikel yang disebut opinion page. Halaman ini memberi
kesempatan kepada khalayak pembacanya untuk menyampaikan pendapatnya
(opini). Bagi penerbit media massa pengiriman artikel oleh pembacanya,
merupakan bukti umpan balik bagi penerbitannya.
Bagi
pembaca surat kabar atau majalah, halam artikel atau opinion page, dapat
dimanfaatkan untuk menyampaikan pandangan, gagasan serta argumentasi
dari berita-berita atau situasi yang terjadi dan terekam dalam banaknya.
Artikel tidak sekadar sebagai penyampaian tanggapan atas suatu
peristiwa yang termuat dalam suatu penerbitan surat kabar atau majalah,
tetapi juga untuk kepentingan penulisannya sendiri. Bagi pegawai negeri
atau karyawan swasta yang mempunyai jabatan fungsional seperti peneliti,
dosen, guru dan sebagainya, artikel di media massa digunakan untuk
memenuhi angka kredit bagi kenaikan jabatannya. Kenaikan jabatan
fungsional bagi pegawai negeri atau perusahaan swasta, salah satu
persyaratannya adalah dengan menulis artikel di media massa.
Dalam menulis artikel, memilih judul memerlukan perhatian khusus.
Jika judul itu pas dan menarik, redaktur media massa tertarik pula untuk
memuatnya. Itulah sebabnya memilih judul dalam penulisan artikel,
memerlukan pemikiran, pertimbangan dan penyesuian secara khusus. Ada
sebagian penulis yang menentukan judul artikelnya pada akhir dari proses
penulisannya. Artinya, setelah semua permasalahan diungkapkan dalam
bentuk artikel, baru ia menentukan judulnya. Tetapi ada juga justru
sebaliknya, judul ditentukan terlebih dulu baru menulis isinya.
Pengalaman saya sebagai penulis, yang pertama dilakukan adalah
menentukan topik lebih dulu, kemudian mencari literatur, mengungkapkan
permasalahan, baru memilih judul yang tepat. Karena kadang-kadang, dari
isi tulisan itulah justru muncul kata-kata yang tepat untuk sebuah
judul. Judul sebuah artikel sebaiknya memenuhi kriteria berikut: (1)
atraktif dan baru. Artinya judul itu harus bersifat atraktif dan belum
pernah dipakai oleh penulis lain. Sebaiknya judul dikaitkan dengan
permasalahan inti dari artikel tersebut. Ini akan menarik dan mengundang
rasa ingin tahu baik dari pembaca maupun oleh redaktur media massa; (2)
tidak panjang. Membuat judul artikel jangan terlalu panjang, sebaiknya
terdiri dari subjek dan predikat saja. Apabila ingin judul yang panjang,
buatlah judul utama dan sub judul. Judul yang terlalu panjang, selain
tidak menarik, juga menghabiskan kolom pada surat kabar, hal ini justru
dihindari oleh redaktur media massa; (3) punya relevansi. Judul harus
memiliki relevansi dengan isi artikel, sekaligus mencerminkan gagasan
sentralnya. Artinya, jika artikel yang ditulis itu tentang dampak
ekonomi, maka judulnya jangan berisi masalah ekonomi. Harusnya tentang
dampak yang timbul dari gejolak ekonomi yang muncul.
Redaktur media massa biasanya mengelompokkan artikel, menjadi beberapa
jenis berdasarkan sudut pandang penulis, dalam memaparkan ide atau
gagasannya. Pengelompokan ini oleh redaktur dipakai untuk memudahkan
penempatan pemuatannya, pada halam yang sesuai dengan misi dan visi
penerbitannya. Ada lima jenis artikel antara lain: (1) eksploratif.
Artikel eksploratif adalah artikel yang mengungkapkan fakta berdasarkan
kajian penulisnya. Jenis ini cocok untuk menguraikan penemuan baru,
misalnya seorang menemukan benda antik peninggalan zaman purba. Penulis
artikel kemudian menelusuri sejarah barang yang ditemukan itu dan
menguraikannya melalui suatu tulisan artikel. Tulisan ini menurut
redaksi dikelompokkan dalam jenis artikel eksploratif; (2) eksplanatif,
artinya menerangkan. Artikel eksplanatif adalah artikel yang isinya
memnerangkan sesuatu untuk dapat dipahami pembaca. Misalnya ketika
Presiden Gusdur berkeinginan membubarkan parlemen (DPR) dengan sebutan
dekrit presiden, mengundang berbagai tanggapan dari pengamat. Penulis
artikel yang jeli, membuat artikel dengan menerangkan apa sih sebenarnya
dekrit presiden itu, bagaimana caranya dan sebagainya. Jika ada artikel
seperti ini disebut artikel ekplanatif; (3) deskriptif, adalah artikel
yang menggambarkan suatu permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat,
sehingga dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Jenis artikel
ini mirip dengan laporan atau reportase, bedanya jika laporan atau
reportase hanya berdasarkan fakta saja, tetapi artikel, penulisnya bisa
memasukan opini untuk memperjelas masalah yang digambarkan itu.
Misalnya, ketika terjadi bentrok antara mahasiswa dengan aparat keamanan
dalam peristiwa Semanggi di Jakarta, seorang penulis yang kebetulan
melihat secara langsung dalam peristiwa itu lantas menggambarkan keadaan
yang sesungguhnya dari peristiwa itu, dalam satu bentuk artikel; (4)
prediktif, adalah artikel yang berisi perhitungan atau ramalan apa yang
bakal terjadi di kemudian hari berdasarkan perhitungan penulisnya.
Misal, ketika Bank Indonesia memutuskan suku bunga deposito, seorang
pengamat ekonomi memperkirakan atau memprediksikan kelak kemudian hari
bakal banyak deposan (orang yang mempunyai simpanan deposito)
memindahlan uangnya ke luar negeri. Akibatnya modal dalam negeri banyak
yang parkir di luar negeri. Arikel ini disebut artikel prediktif; (5)
preskriptif, adalah artikel yang memberikan tuntunan kepada pembacanya
untuk melakukan sesuatu sehingga tidak mengalami kekeliruan atau
kesalahan. Misalnya artikel bagaimana caranya mengurus paspor, KTP atau
SIM tanpa melalui perantara. Penjelasan detail yang sifatnya menuntun
pembaca, sangat diperlukan.
2. Karya Ilmiah
Menurut Dr.
H. Endang Danial AR., M.Pd. (2001:4) bahwa karya ilmiah adalah berbagai
macam tulisan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan
menggunakan tata cara ilmiah. Tata cara ilmiah adalah suatu sistem
penulisan yang didasarkan pada sistem, masalah, tujuan, teori dan data
untuk memberikan alternatif pemecahan masalah tertentu. Sedangkan
Djuroto dan Bambang (2003:12-13) bahwa karya tulis ilmiah adalah suatu
tulisan yang membahas suatu masalah. Pembahasan itu dilakukan
berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat dari
suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium ataupun
kajian pustaka. Maka dalam memaparkan dan menganalisis datanya harus
berdasarkan pemikiran ilmiah. Pemikiran ilmiah adalah pemikiran yang
logis dan empiris. Logis artinya masuk akal, sedangkan empiris adalah
dibahas secara mendalam, berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan (dapat dibuktikan).
Pemikiran ilmiah pada lingkup keilmuan,
terdiri dari dua tingkatan yaitu, tingkat abstrak dan tingkat empiris.
Pemikiran ilmiah tingkat abstrak berkaitan dengan penalaran. Pada
tingkatan ini, pemikirannya bebas tetapi sedikit terikat dengan waktu
atau ruangan. Sedangkan pemikiran empiris berkaitan dengan pengamatan.
Kerena berkaitan dengan pengamatan, maka pemikiran empiris ini sangat
terkait dengan waktu dan ruangan. Boleh jadi pemikiran empiris ini
dilakukan dalam waktu dan ruangan tertentu.
Dalam proses pemikiran
ilmiah seseorang selalu memulai dengan apa yang disebut pendekatan
ilmiah. Pendekatan ilmiah, merupakan gabungan dari dua pendekatan yaitu
pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Pemahaman terhadap
pendekatan induktif dan deduktif ini perlu dilakukan secara bersama,
karena hasil yang dicapai dari kedua pendekatan itu berbeda.
Pendekatan
induktif adalah pengalaman atau pengamatan seseorang pada tingkat
empiris, menghasilkan konsep, memodifikasi model hipotesis menjadi
teori, dan bermuara di tingkat abstrak. Pendekatan deduktif merupakan
titik tolak penalaran serta perenungan di tingkat abstrak, yang
menghasilkan pengukuran konsep serta pengujian hipotesis.
Karya tulis
ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil
penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk
mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul
sebelumnya. Banyak cara untuk menemukan jawaban dari penelitian
tersebut. Untuk memperjelas jawaban ilmiah terhadap permasalahan atau
pertanyaan yang ada dalam penelitian, penulisan karya ilmiah harus
menggali khazanah pustaka, guna melengkapi teori-teori atau
konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan yang ingin dijawabnya.
Untuk itu penulisan karya ilmiah harus rajin dan teliti dalam hal
membaca dan mencatat konsep-konsep serta teori-teori yang mendukung
karya tulis ilmiahnya.
Dalam memberikan jawaban terhadap permasalahan
yang timbul pada suatu penelitian, penulisan karya ilmiah harus bisa
membuktikan melalui dua cara. Pertama, jawaban itu merupakan jawaban
final terhadap permasalahan penelitian. Kedua, jawaban tersebut harus
menjadi jawaban yang paling benar, meskipun masih akan dibuktikan lagi
pada tahap lainnya. Jawaban pertama erupakan konklusi yang nantinya
sangat diperlukan sebagai suatu thesis. Sedangkan jawaban kedua,
merupakan konklusi sementara yang nantinya diperlukan sebagai hipotesis.
Meskipun
jawaban penelitian tersebut sudah didapatkan, penulisan karya ilmiah
masih harus membuktikan, apakah jawaban tersebut memang bisa dirasakan
kebenarannya. Untuk itu diperlukan sumber informasi lainnya yang
mendukung jawaban yang telah didapatkan. Jawaban permasalahan yang ada
pada penelitian, bisa mendukung dan juga bisa menolak hipotesis yang
ada. Jika jawaban itu mendukung hipotesis maka bisa dikatakan hipotesis
diterima, tetapi jika jawabannya tidak mendukung hipotesis, maka disebut
hipotesis dalam penelitian ini ditolak.
Dengan demikian, penulisan
karya ilmiah, hanya bisa dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang
kemudian dibahas (dijawab) melalui kegiatan penelitian. Karena
berdasarkan hasil penelitian, maka pada akhirnya penulisan karya ilmiah,
selalu dikemukakan suatu kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan
dimaksudkan sebagai pemikiran terakhir dari proses telaah melalui
penelitian, sedangkan rekomendasi diperuntukkan bagi langkah selanjutnya
dalam menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan.
Kesimpulan atau
temuan penelitian, tidak selalu berupa sesuatu halyang baru. Bisa jadi
kesimpulan atau temuan dari hasil penelitian itu, merupakan kelanjutan
dari kesimpulan atau temuan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Karena penelitian merupakan suatu proses, maka hasil penelitian itu
tidak bisa dikatakan baik atau jelek. Jadi jika ada seseorang menyebut
bahwa hasil penelitiannya itu baik atau tidak baik, atau juga menyebut
benar atau tidak benar, maka sebutan itu tidak tepat. Yang tepat,
sebutan untuk hasil penelitian adalah ukuran signifikansinya
(significance) atau meyakinkan.
Pada dasarnya semua ilmu ataupun
teknologi yang ada di dunia ini, perlu diteliti, ditingkatkan dan
dikembangkan fungsi dan peranannya untuk melahirkan perubahan. Karena
yang kekal di dunia ini hanya satu, yaitu perubahan. Perubahan yang
positif melahirkan kemajuan dan kemajuan inilah yang dituntut oleh ilmu
pengetahuan. Tanpa kemajuan, kehidupan di dunia tidak ada artinya sama
sekali.
Salah satu cara untuk mencapai kemajuan adalah dengan
melakukan pengamatan, pengkajian, dan penelitian dari sumber ilmu
tersebut yang dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah. Salah satu
tugas para ilmuwan (scientists) atau para pandit (scolars) adalah
memaparkan hasil kajian, pengamatan atau penelitiannya kepada masyarakat
luas.
Penulisan karya ilmiah diharapkan dapat membantu para
cendekiawan untuk menemukan sesuatu yang baru, guna menunjang
peningkatan taraf kehidupan masyarakat secara luas. Pada lingkungan
perguruan tinggi karya ilmiah berupa skripsi digunakan untuk meraih
gelar sarjana (S1), tesis digunakan untuk magister (S2), dan disertasi
untuk gelar doktor (S3). Sedangkan bagi pejabat fungsional, karya tulis
ilmiah merupakan persyaratan untuk mendapatkan angka kredit bagi
kenaikan jabatannya.
Sebenarnya kegunaan penulisan karya ilmiah bukan
hanya sekadar untuk mendapatkan gelar atau memperoleh kredit pont untuk
kenaikan jabatan, tetapi tujuan utama dibuatnya karya tulis ilmiah
adalah untuk mendokumentasikan hasil-hasil penelitian yang berhasil
mendapatkan atau membuktikan kebenaran ilmiah. Mungkin yang tidak sama
adalah gradasi kebenaran ilmiah yang ingin atau berhasil dicapai oleh
seseorang. Bagi seorang peneliti profesional, keuntungan yang paling
besar dan berharga dari semua karyanya adalah jika ia menemukan
kebenaran ilmiah yang kemudian dibukukan. Penemuan kebenaran ilmiah yang
kemudian dibukukan dalam karya tulis ilmiah ini bertujuan adalah (1)
pengakuan scientific objective untuk memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan, dengan pemaparan teori-teori baru yang sahih serta
terandalkan, (2) pengakuan practicial objective guna membantu pemecahan
problema praktisi yang mendesak.
Judul adalah kepala karya tulis
ilmiah, sedangkan topik adalah pokok-pokok permasalahan yang akan
dijadikan objek dalam penelitian sebagai bahan utama penulisan karya
ilmiah. Jadi topik bisa diangkat menjadi judul, tetapi sebaliknya judul
bukan merupakan topik bahasan. Judul dalam suatu karya tulis ilmiah
adalah ciri atau identitas yang menjiwai seluruh karya tulis ilmiah.
Judul pada hakikatnya merupakan gambaran konseptual dari kerangka kerja
suatu karya tulis ilmiah. Itu sebabnya, dalam penulisan karya tulis
ilmiah tidak bisa memaparkan begitu saja dari apa yang akan ditulis,
tetapi harus runtut mengikuti kerangka kerja (framework) dari konsep
yang akan dipaparkannya.
Judul merupakan kalimat yang terdiri dari
kata-kata yang jelas, tidak kabur, singkat, tidak bertele-tele.
Pemilihan kata-kata untuk judul sebaiknya saling terkait atau runtut,
menggunakan kalimat yang tidak puitis apalagi sampai sensasional.
Menurut Sutrisno Hadi (1980), judul mempunyai dua fungsi pokok dalam
penulisan karya ilmiah. Bagi pembaca, judul menunjukkan hakikat dari
objek penelitian yang dilakukan sebelumnya. Sedangkan bagi penulisnya,
judul merupakan patokan dalam menyusun tulisannya.
Memilih judul
untuk suatu karya tulis ilmiah tidak sebebas membuat judul pada
penulisan artikel. Judul karya tulis ilmiah harus disesuaikan dengan
topik bahasan yang sudah ditentukan sebelumnya. Jelasnya pada penulisan
karya ilmiah tidak bisa langsung menulis baru menentukan judulnya. Ini
karena penulisan karya ilmiah terkait dengan kegiatan ilmiah, sementara
kegiatan ilmiah sudah dibuat desainnya terlebih dahulu, di mana judul
termasuk di dalamnya.
Seperti halnya artikel, judul karya tulis
ilmiah, sebaiknya tidak terlalu panjang dan jangan juga terlalu pendek.
Jika judul terlalu panjang, orang yang membacanya akan kesulitan
memahami apa sebenarnya yang ada dalam karya tulis ilmiah tersebut. Itu
sebabnya judul yang panjang menjadi tidak menarik. Judul karya tulis
ilmiah sebaiknya terdiri dari delapan sampai dua belas kata yang
merupakan hubungan dua variabel atau lebih.
Pada prinsipnya semua
karya tulis ilmiah itu sama yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Yang
membedakan hanyalah materi, susunan, tujuan serta panjang pendeknya
karya tulis ilmiah tersebut. Untuk membedakan jenis atau macam karya
tulis ilmiah dipakai beberapa sebutan, seperti laporan praktikum, naskah
berkala, laporan hasil studi lapangan, texbook, hand out, paper, pra
skripsi, tesis dan disertasi.
Penentuan jenis atau macam karya ilmiah
biasanya disesuaikan dengan keperuntukan karya ilmiah tersebut. Secara
garis besar, karya ilmiah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu karya
ilmiah pendidikan dan karya ilmiah penelitian. Karya ilmiah pendidikan
digunakan sebagai tugas untuk meresume pelajaran, serta sebagai
persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan yang meliputi (1) paper
(karya tulis) adalah karya ilmiah berisi ringksan atau resume dari suatu
mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu ceramah yang diberikan
oleh dosen kepada mahasiswanya. Tujuannya melatih mahasiswa untuk
mengambil intisari dari mata kuliah atau ceramah yang diajarkan. Karena
baru tahap untuk latihan, materi tulisannya juga masih sederhana, yaitu
hanya berupa catatan poin-poin yang dianggap penting dari mata kuliah
atau ceramah tersebut, kemudian dirangkai dalam susunan kalimat menjadi
suatu karya tulis agar mudah dimengerti dan dipahami; (2) skripsi adalah
karya tulis ilmiah pendidikan yang digunakan sebagai persyaratan
mendapatkan gelar sarjana (S1). Istilah skripsi berasal dari kalimat
deskripsi (deskription) yang berarti memberikan gambaran tentang suatu
masalah yang dibahas dengan memaparkan data serta pustaka untuk
menghasilkan kesimpulan. Pembahasan dalam skripsi harus dilakuakn
mengikuti pemikiran ilmiah yaitu logis dan empiris; (3) tesis adalah
suatu karya ilmiah pendidikan yang diperuntukannya sebagai salah satu
persyaratan bagi mahasiswa pascasarjana untuk mendapatkan gelar magister
(S2). Istilah tesis berasal dari kata sinthesa (sinthation). Skripsi
bertujuan mendeskripsikan ilmu, maka tesis bertujuan mensinthesakan ilmu
yang diperoleh dari perguruan tinggi, guna memperluas khazanah ilmu
yang didapatkan di bangku kuliah. Perluasan khazanah itu terutama berupa
temuan baru hasil dari suatu penelitian. Itu sebabnya penulisan skripsi
dan tesis harus berdasarkan hasil penelitian ilmiah; (4) disertasi
(dissertation) adalah suatu karya tulis ilmiah yang mempunyai sumbert
utamanya berupa penyelidikan laboratorium, atau penelitian lapangan.
Jadi disertasi harus menghasilkan suatu temuan baru, baik dari ilmua
soasial maupunilmu eksakta. Di kalangan perguruan tinggi, karya tulis
ilmiah disertasi merupakan tugas akhir yang dibebankan kepada seorang
mahasiswa dari perguruan tingginya untuk meraih gelar doktor. Itu
sebabnya seorang doktor harus menemukan sesuatu yang dapat menunjang
perkembangan ilmu pengetahuan.
Berbeda dengan penulisan skripsi atau
tesis yang hanya bersumber dari data dan pustaka saja. Disertasi harus
lebih lengkap lagi dengan tiga sumber sekaligus yaitu data lapangan,
penelitian laboratorium serta kajian pustaka. Dalam mengungkapkan teori
untuk memecahkan permasalahan, disertasi wajib menyatakan dalil-dalil
atau teori-teori baru secara ilmiah yang diperolehnya, serta sanggahan
terhadap teori lama dan sebagainya. Penemuan teori atau dalil baru
inilah sebenarnya yang menunjukkan ciri khas suatu karya tulis ilmiah
berupa disertasi.
Temuan baru atau teori baru yang dihasilakan oleh
suatu disertasi dapat berasal dari disiplin ilmu arau spesialisasi dari
penulisnya sendiri atau berasal dari disiplin ilmu lainnya yang dapat
menunjang atau membenarkan dalil atau teori baru yang diungkapkannya.
Itu sebabnya penulisan disertasi membutuhkan waktu yang panjang, karena
harus dapat menemukan dalil atau teori baru.
Mahasiswa yang menulis
disertasi disebut promovendus, dimana dalam pembuatan karya tulis ilmiah
disertasinya itu di bawah bimbingan seorang atau beberapa orang guru
besar (profesor) yang mempromotorinya. Para pembimbing inilah yang
nantinya harus mempertahankan disertasi promovendus terhadap sanggahan
yang akan diberikan oleh para penguji atau guru besar universitas di
mana promosi seorang doktor itu dilaksanakan.
Karya
ilmiah panduan, meliputi: (1) panduan pelajaran (texbook), untuk
memberikan panduan (guidance) kepada mahasiswa, dosen atau masyarakat
umum yang berminat membuat karya ilmiah, misalnya buku panduan
penulisan skripsi, panduan membuat laporan praktek kerja (magang),
panduan membuat laporan kuliah kerja lapangan, dan sebagainya; (2) buku
pegangan (handbook), bertujuan memberikan petunjuk cara
mengoperasionalkan suatu barang yang sudah ada, misalnya buku pegangan
mengoperasionalkan pengisian data penelitian dalam komputer, petunjuk
penggunaan peralatan laboratorium, petunjuk pembuatan pertanyaan
(kuesioner); (3) buku pelajaran (diktat), yakni dibuat oleh guru, dosen
atau guru besar untuk mata pelajaran atau mata kuliah yang diajarkannya.
Karya ilmiah referensi, meliputi: (1) kamus, berisi kata-kata
yang mengandung arti yang sama, atau terjemahan kata dari dua bahasa
atau lebih, misalnya kamus bahasa Inggris, bahasa Indonesia yang isinya
memuat penjelasan lebih detail lagi dari suatu kata. Kamus juga bisa
dikelompokkan kata-kata dalam lingkup tersendiri, misal kamus
jurnalistik, kamus sosiologi, kamus antropologi, kamus ekonomi, kamus
politik, kamus hukum dan sebagainya. Kamus-kamus tersebut biasanya
dijadikan referensi bagi pelajar, mahasiswa dan juga masyarakat umum;
(2) ensiklopedia adalah buku yang berisi berbagai keterangan atau uraian
ringkas tentang cerita, ilmu pengetahuan yang disusun menurut abjad
atau menurut lingkungan ilmu, misal ensiklopedia ilmu-ilmu sosial,
ensiklopedia satwa Indonesia, ensiklopedia flora dan fauna Indonesia dan
sebagainya.
Karya ilmiah penelitian, yang meliputi: (1)
makalah seminar, yang terdiri atas naskah seminar dan naskah bersambung;
(2) laporan hasil penelitian dan; (3) jurnal penelitian.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan hal-hal berikut:
1.
Karya ilmiah harus mengandung kebenaran ilmiah, yakni kebenaran
yang tidak hanya didasarkan atas rasio, tetapi juga dapat dibuktikan
secara empiris.
2. Prose berpikir ilmiah terdiri atas pengajuan
masalah, perumusan hipotesis dan verifikasi data. Sedangkan hasilnya
(hasil berpikir ilmiah) disajikan dan ditulis secara sistematis menurut
aturan metode ilmiah.
3. Karya ilmiah biasanya ditampilkan dalam
bentuk makalah ilmiah, skripsi, tesis, disertasi dan hasil penelitian.
Penelitian ilmiah lebih ditujukan untuk pengembangan ilmu dan menguji
kebenaran ilmu. Sedangkan makalah ilmiah dapat juga dibuat para
mahasiswa di perguruan tinggi dalam rangka penyelesaian studinya. Proses
berpikir ilmiah dapat dilakukan melalui pola berpikir deduktif dan
berpikir induktif.
DAFTAR PUSTAKA
Danial AR, Endang.
2001. Penulisan Karya Ilmiah: Salah Satu Pandunan untuk Mahasiswa dan
Guru PPKN dalam Mengembangkan Profesi melalui Karya Tulis Ilmiah.
Bandung: Ath-thoyyibiyah.
Darmoto & Ani M..Hasan. 2002. Menyelesaikan Skripsi dalam Satu Semester.Jakarta: Grasindo.
Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. 2003. Menulis Artikel & Karya Ilmiah. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sudjana, Nana. 2001. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah: Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar